Pecinta Keluarga Nabi Muhammad SAW

Sabda Rasulullah SAW: “Diantara bentuk kebaktian seseorang kepada orang tuanya adalah menyambung hubungan silaturahmi yang sebelumnya terjalin oleh orang tua.”

Imam Syafi’i berkata: “Saya mencintai orang soleh, walaupun saya bukan bagian dari mereka. Saya mengharapkan syafa’at dari mereka.”

Sebagaimana yang sudah terdengar perihal kecintaan dirinya terhadap Rasulullah SAW. Kecintaan yang besar yang dapat dibuktikan dengan hafalnya garis nasab keturunan Rasulullah, yang bahkan mungkin keturunannya pun belum tentu dapat menyebutkannya satu per satu. Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Pecinta suatu kaum masuk di dalam kaum tersebut.”

Suatu ketika Rasulullah dan para sahabatnya melihat kecerdasan dari diri Salman Al-Farisi ketika orang-orang kafir melakukan penyerbuan kepada penduduk Madinah. Salman Al-Farisi memberitahukan Rasulullah bahwa kaumnya di Persia ketika akan mendapatkan serbuan dari tentara yang besar, maka mereka berstrategi dengan membangun parit (khandak) yang mana cara perang ini belum diketahui oleh bangsa Arab. Dan masukan tersebut diterima oleh Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah beserta sahabat, dan prajuritnya (diriwayatkan dalam beberapa riwayat bahwa jumlah prajurit yang menggali adalah sekitar 3.000 orang prajurit) menggali parit yang sangat dalam dan panjang (perkiraan parit yang dibangun panjangnya 2,5-3 km, dalamnya 4m, dan lebarnya 4m). Hal tersebut dirasa sebagai sebuah mukjizat, karena parit tersebut dapat selesai dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan. Yang jika dibandingkan apabila dilakukan dengan alat canggih masa kini pembuatan parit dengan ukuran seperti itu tidak dapat selesai dalam jangka waktu 1 bulan.

Saat penggalian parit, Rasulullah SAW membagi prajuritnya untuk menyelesaikan bagian-bagian lahan yang akan digali. Beliau memberi tanda lahan galian dengan tongkatnya sendiri. Dan hal itu dipatuhi oleh para sahabatnya, tidak ada seorangpun yang melewati batas yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW. Kepatuhan tersebut membuahkan kemenangan dari Allah SWT untuk para sahabat dan Rasulullah SAW.

Perang Khaibar sangat dibanggakan oleh Allah SWT. Yang mana kemenangan tersebut berkat kecerdasan dari Salman Al-Farisi. Salman Al-Farisi adalah penduduk Persia yang berpetualang dari negeri ke negeri. Salman Al-Farisi sampai ke kota Madinah sebelum Rasulullah melakukan hijrah ke kota Madinah. Kaum Anshor yang bangga akan diri Salman mengakui Salman Al-Farisi sebagai bagian dari kaum mereka (orang Madinah). Sedangkan kaum Muhajirin juga mengakui Salman sebagai bagian dari kaum mereka, karena Salman melakukan hijrah dari negeri asalnya menuju Madinah seperti apa yang dilakukan kaum Muhajirin. Mendengar pengakuan atas kedua kaum tersebut maka Rasulullah SAW berkata, “Tidak, Salman adalah bagian dari kami (keluarga Nabi Muhammad SAW).”

Begitu banyak ulama datang kepada Sayidina Imam Abubakar Al-Adni bin Abdullah bin Abubakar Alaydrus yang hanya ingin mendengar dari ucapannya kalimat, “Kau adalah Salman Ahlil Bait.” Semua pecinta sejati keluarga Rasulullah SAW akan mendapati gelar tersebut.
Ada sebuah kisah Sayidina Umar bin Abdil Aziz (khalifah Sholeh) yang mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW dengan luar biasa. Beliau menjabat sebagai khalifah selama 2 tahun. Menjabat di masa-masa kezaliman terjadi dimana-mana. Beliau tegakkan keadilan selama masa pemerintahannya. Beliau adalah khalifah yang mengenakan pakaian yang penuh dengan tambalan (pertanda kejujuran dan keshalihannya), khalifah yang dikenal tidak pernah mandi janabah (kecuali 2 kali). Hal tersebut ia lakukan karena ia merasa telah menerima tanggung jawab yang besar atas kaum muslimin, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal yang menyebabkannya untuk mandi janabah. Ia mengatakan keadaan dan keputusan tersebut kepada istrinya, bahkan ia menyilakan istrinya untuk kembali kepada orang tuanya jika memang tidak dapat menerima keputusan dan keadaannya. Namun istrinya tetap memilih untuk mendampingi dirinya.

Sayidina Umar bin Abdil Aziz yang tidak pernah mandi janabah kecuali 2 kali. Salah satunya dimana Sayidina Umar bin Abdil Aziz akan melakukan mandi janabah ketika musim dingin di Syam. Ia melakukan mandi janabah di kamar mandi umum di malam hari karena ia ingin menunaikan shalat malam. Ia sempat ditahan oleh penjaga karena sang penjaga khawatir jika Sayidina Umar bin Abdil Aziz mandi saat itu maka dirinya akan mati karena kedinginan. Sang penjaga bahkan menyarankan agar air tersebut dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan. Namun, Sayidina Umar bin Abdil Aziz tidak memiliki uang untuk memanaskan airnya terlebih dulu. Sang penjaga kemudian menyarankan agar Sayidina Umar bin Abdil Aziz menggunakan dana yang ada pada baitul mal. Namun kembali Sayidina Umar bin Abdil Aziz menolak ide tersebut, karena menurutnya harta tersebut adalah milik kaum muslimim sepenuhnya. Untuk menjaga keselamatan Sayidina Umar bin Abdil Aziz maka sang penjaga tersebut meminjamkan uangnya kepada Sayidina Umar bin Abdil Aziz untuk memanaskan air yang akan digunakannya. Begitu soleh, adil, dan jujurnya sosok Sayidina Umar bin Abdil Aziz.
Selama masa pemerintahan kekhalifahannya tidak ada kezaliman, keadilan tersebar dimana-mana.

Satu kali datang rombongan dari Madinah, diantara mereka para ulama dan tokoh masyarakat yang terkenal dan bukan keturunan dari RAsulullah SAW. Namun diantara mereka terdapat anak kecil yang bernasab langsung kepada Rasulullah SAW. Sayidina Umar bin Abdil Aziz melihat anak tersebut dan memintanya untuk didudukkan kepada dirinya. Sayidina Umar bin Abdil Aziz bercanda gurau bersama anak kecil tersebut dan pada akhir acara Sayidina Umar bin Abdil Aziz memerintahkan untuk memberikan hadiah kepada seluruh tamu dan memberikan sebanyak 2 kali lipat untuk anak kecil tersebut. Sang anak kecil amat merasa senang. Dan sebelum meninggalkannya Sayidina Umar bin Abdil Aziz memanggil kembali anak kecil tersebut kemudian beliau mencubit sekeras-kerasnya pipi anak kecil itu. Khalayak yang melihat itu bertanya kepada Sayidina Umar bin Abdil Aziz mengapa ia tidak terlalu memperhatikan para ulama dan tokoh-tokoh pembesar yang hadir melainkan hanya memberikan perhatian kepada anak kecil yang ada pada acara itu. Sayidina Umar bin Abdil Aziz menerangkan bahwa anak tersebut adalah cucu dari Nabi Muhammad SAW, dan beliau berbuat demikian untuk anak tersebut dan untuk kakek anak tersebut (Rasulullah SAW). Di antara mereka menerima penjelasan dari Sayidina Umar bin Abdil Aziz dan kemudian bertanya kembali kepada Sayidina Umar bin Abdil Aziz mengapa ia memberikannya hadiah yang jumlahnya 2 kali lipat dibandingkan yang lain serta mencubit pipi anak tersebut sesaat sebelum pulang. Sayidina Umar bin Abdil Aziz menjawab bahwa hal itu dilakukannya agar menjadi sebuah pertanda diantara dirinya dengan cucu Nabi Muhammad SAW tersebut, kelak di akhirat anak tersebut akan mencari dirinya dan kemudian ia akan meminta tolong anak tersebut untuk memintakan syafa’at untuknya kepada kakeknya (Nabi Muhammad SAW) secara langsung.

Dalam riwayat disebutkan Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang membuat suatu kebaikan kepada keluargaku, kemudian keluargaku tidak dapat membalasnya. Maka jangan takut, karena akulah yang akan membalasnya.”

Keluarga Rasulullah adalah sebuah anugerah Allah kepada mereka, tidak ada hal menawarkan ataupun meminta untuk hal tersebut.
Adalah sebuah ujian dari Allah, disetiap zaman dan setiap tempat kejadian seperti itu diulang kepada Allah, dimana allah memuliakan seseorang lebih dari yang lainnya. Maka disekeliling orang tersebut terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok yang mau mengagungkan Allah SAW atas karunia yang Allah berikan kepada orang tersebut dan kelompok lain adalah yang sombong.

Sebagai contoh: Ketika Allah menciptakan Nabi Adam, kemudian Allah tiupkan ruh kepadanya. Maka Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepadanya. Kendati Nabi Adam belum melakukan ibadah apapun dibandingkan dengan malaikat yang sudah jutaan tahun beribadah kepada Allah SWT. Hal tersebut merupakan ujian bagi malaikat, namun mereka tetap taat kepada Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam. Sedangkan iblis sombong, merasa bahwa dirinya lebih mulia. Iblis lupa bahwa yang memberikan perintah kepadanya adalah Allah SWT. Karena itulah Allah melaknat iblis, dan di setiap waktu dan di setiap tempat kejadian ini akan berulang.
Contoh lainnya : Kehadiran Nabi Muhammad SAW yang diimani oleh sebagian orang dan ditentang oleh sebagian yang lain.

dikutip dari tausyiah Habib Ahmad bin Novel Jindan pada Majelis Silaturahim Gabungan di Masjid Al Makmur Tanah Abang (17 Januari 2015)

By maslakhudin Dikirimkan di Artikel

Tinggalkan komentar