Fadhilah Shalat Trawih

Shalat tarawih adalah bagian dari shalat nafilah (tathawwu’). Mengerjakannya disunnahkan secara berjama’ah pada bulan Ramadhan, dan sunnah muakkadah. Disebut tarawih, karena setiap selesai dari empat rakaat, para jama’ah duduk untuk istirahat.
Tarawih adalah bentuk jama’ dari tarwihah. Menurut bahasa berarti jalsah (duduk). Kemudian duduk pada bulan Ramadhan setelah selesai dari empat raka’at disebut tarwihah; karena dengan duduk itu, orang-orang bisa istirahat dari lamanya melaksanakan qiyam Ramadhan.
Bahkan para salaf bertumpu pada tongkat, karena terlalu lamanya berdiri. Dari situ, kemudian setiap empat raka’at, disebut tarwihah, dan kesemuanya disebut tarawih secara majaz.
Aisyah ditanya: “Bagaimana shalat Rasul pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab,
“Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau di luarnya- lebih dari 11 raka’at. Beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at.” (HR Bukhari).
Kata � (kemudian), adalah kata penghubung yang memberikan makna berurutan, dan adanya jedah waktu.
Rasulullah shalat empat raka’at dengan dua kali salam, kemudian beristirahat. Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah,
Adalah Rasulullah melakukan shalat pada waktu setelah selesainya shalat Isya’, hingga waktu fajar, sebanyak 11 raka’at, mengucapkan salam pada setiap dua raka’at, dan melakukan witir dengan satu raka’at. (HR Muslim).
Juga berdasarkan keterangan Ibn Umar, bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalat malam itu?” Beliau menjawab,
Yaitu dua raka’at-dua raka’at, maka apabila kamu khawatir shubuh, berwitirlah dengan satu raka’at. (HR Bukhari).
Dalam hadits Ibn Umar yang lain disebutkan:
Shalat malam dan siang dua raka’at-dua raka’at. (HR Ibn Abi Syaibah). 1
1 Fadhilah Shalat Tarawih
1.1 Hadits Abu Hurairah:
Barang siapa melakukan qiyam (lail) pada bulan Ramadhan, karena iman dan mencari pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah lalu dari dosanya.
Maksud qiyam Ramadhan, secara khusus, menurut Imam Nawawi adalah shalat tarawih. Hadits ini memberitahukan, bahwa shalat tarawih itu bisa mendatangkan maghfirah dan bisa menggugurkan semua dosa; tetapi dengan syarat karena bermotifkan iman; membenarkan pahala-pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala tersebut dad Allah. Bukan karena riya’ atau sekedar adat kebiasaan. 2
Hadits ini dipahami oleh para salafush shaalih, termasuk oleh Abu Hurairah sebagal anjuran yang kuat dari Rasulullah untuk melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih, tahajud, dan lain-lain). 3
1.2 Hadits Abdurrahman bin Auf
Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan dimana Allah mewajibkan puasanya, dan sesungguhnya aku menyunnahkan qiyamnya untuk orang-orang Islam. Maka barangsiapa berpuasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka ia (pasta) keluar dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari is dilahirkan oleh ibunya. 4
Al Albani berkata, “Yang shahih hanya kalimat yang kedua saja, yang awal dha’if.” 5
1.3 Hadits Abu Dzar:
Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai is selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh). 6
Hadits ini sekaligus juga memberikan anjuran, agar melakukan shalat tarawih secara berjamaah dan mengikuti imam hingga selesai.
2 Shalat Tarawih Pada Zaman Nabi
Nabi telah melaksanakan dan memimpin shalat tarawih. Bahkan beliau menjelaskan fadhilahnya, dan menyetujui jama’ah tarawih yang dipimpin oleh sahabat Ubay bin Ka’ab. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan, bahwa shalat tarawih secara berjama’ah disunnahkan oleh Nabi, dan dilakukan secara khusyu’ dengan bacaan yang panjang.
2.1 Hadits Nu’man bin Basyir,
ia berkata:
Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah pada malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separoh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur. 7
2.2 Hadits Abu Dzar,
ia berkata:
Kami puasa, tetapi Nabi tidak memimpin kami untuk melakukan shalat (tarawih), hingga Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah mengimami karni shalat, sampai lewat sepertiga malam.
Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam. Dan pada malam ke lima, beliau memimpin shalat lagi sampai lewat separoh malam. Lalu kami berkata kepada Rasulullah, “Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?”, maka beliau bersada,
Barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya shalat satu malam (suntuk).
Kemudian beliau tidak memimpin shalat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga hari. Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah.
saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, “Sahur. ” 8
2.3 Tsa’labah bin Abi Malik Al Qurazhi berkata:
Pada suatu malam, di malam Ramadhan, Rasulullah keluar rumah, kemudian beliau melihat sekumplpulan orang di sebuah pojok masjid sedang melaksanakan shalat. Beliau lalu bertanya, Apa yang sedang mereka lakukan?”
Seseorang menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak membaca Al Qur’an, sedang Ubay bin Ka’ali ahli membaca Al Qur’an, maka mereka shalat (ma’mum) dengan shalatnya Ubay. ” Beliau lalu bersabda, “Mereka telah berbuat baik dan telah berbuat benar.” Beliau tidak membencinya. 9
3 Shalat Tarawih Pada Zaman Khulafa’ur Rasyidin
Para sahabat Rasulullah, shalat tarawih di masjid Nabawi pada malam-malam Ramadhan secara awza’an (berpencar-pencar).
Orang yang bisa membaca Al Qur’an ada yang mengimami 5 orang, ada yang 6 orang, ada yang lebih sedikit dari itu, dan ada yang lebih banyak. Az Zuhri berkata,
“Ketika Rasulullah wafat, orangorang shalat tarawih dengan cara seperti itu. Kemudian pada masa Abu Bakar, caranya tetap seperti itu; begitu pula awal khalifah Umar.”
Abdurrahman bin Abdul Qari’ berkata,
“Saya keluar ke masjid bersama Umar pada bulan Ramadhan. Ketika itu orang-orang berpencaran; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan jama’ah yang kecil (kurang dari sepuluh orang). Umar berkata,
‘Demi Allah, saya melihat (berpandangan), seandainya mereka saga satukan di belakang satu imam, tentu lebih utama,’
Kemudian beliau bertekad dan mengumpulkan mereka di bawah pimpinan Ubay bin Ka’ab. Kemudian saya keluar lagi bersama beliau pada malam lain. Ketika itu orang-orang sedang shalat di belakang imam mereka. Maka Umar berkata,’Ini adalah sebaik-baik hal baru.’
Dan shalat akhir malam nanti lebih utama dari shalat yang mereka kerjakan sekarang.”
Peristiwa ini terjadi pada tahun 14 H.
Umar mengundang para qari’ pada bulan Ramadhan, lalu memberi perintah kepada mereka agar yang paling cepat bacaanya membaca 30 ayat (3 halaman), dan yang sedang agar membaca 25 ayat, adapun yang pelan membaca 20 ayat (+ 2 halaman).
Al A’raj 10 berkata,
“Kami tidak mendapatt orang-orang, melainkan mereka sudah melaknat orang kafir (dalam do’a) pada bulan Ramadhan.”
la berkata,
“Sang qari’ (imam) membaca ayat Al Baqarah dalam 8 raka’at. Jika ia telah memimpin 12 raka’at, (maka) barulah orang-orang merasa kalau imam meringankan.”
Abdullah bin Abi Bakr berkata,
“Saya mendengar bapak saya berkata,’Kami sedang pulang dart shalat (tarawih) pada malam Ramadhan. Kami menyuruh pelayan agar cepat-cepat menyiapkan makanan, karena takut tidak mendapat sahur’. “
Saib bin Yazid (Wafat 91 H) berkata,
“Umar memerintah Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari agar memimpin shalat tarawih pada bulan Ramadhan dengan 11 raka’at. Maka sang qari’ membaca dengan ratusan ayat, hingga kita bersandar pada tongkat karena sangat lamanya berdiri. Maka kami tidak pulang dart tarawih, melainkan sudah di ujung fajar.”) 11
4 Bilangan Raka’at Shalat Tarawih Dan Shalat Witir
Mengenai masalah ini, diantara para ulama salaf terdapat perselisihan yang cukup banyak (variasinya) hingga mencapai belasan pendapat, sebagaimana di bawah ini.
Sebelas raka’at (8 + 3 Witir), riwayat Malik dan Said bin Manshur.
Tigabelas raka’at (2 raka’at ringan + 8 + 3 Witir), riwayat Ibnu Nashr dan Ibnu Ishaq, atau (8 + 3 + 2), atau (8 + 5) menurut riwayat Muslim.
Sembilan belas raka’at (16 + 3).
Duapuluh satu raka’at (20 + 1), riwayat Abdurrazzaq
Duapuluh tiga raka’at (20 + 3), riwayat Malik, Ibn Nashr dan Al Baihaqi. Demikian ini adalah madzhab Abu Hanifah, Syafi’i, Ats Tsauri, Ahmad, Abu Daud dan Ibnul Mubarak.
Duapuluh sembilan raka’at (28 + 1).
Tigapuluh sembilan raka’at (36 + 3), Madzhab Maliki, atau (38 + 1).
Empatpuluh satu raka’at (38 + 3), riwayat Ibn Nashr dart persaksian Shalih Mawla Al Tau’amah tentang shalatnya penduduk Madinah, atau (36 + 5) seperti dalam Al Mughni 2/167.
Empatpuluh sembilan raka’at (40 + 9); 40 tanpa witir adalah riwayat dari Al Aswad Ibn Yazid.
Tigapuluh empat raka’at tanpa witir (di Basrah, Iraq).
Duapuluh empat raka’at tanpa witir (dart Said Ibn Jubair).
Enambelas raka’at tanpa witir.
5 Berapa Raka’at Tarawih Rasulullah?
Rasulullah telah melakukan dan memimpin shalat tarawih, terdiri dart sebelas raka’at (8 3). Dalilnya sebagai berikut.
Hadits Aisyah: ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman tentang glyamui lailnya Rasul pada bulan Ramadhan, ia menjawab:
Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan lainnya. lebih dari sebelas raka’at. (HR Bukhari, Muslim).
Ibn Hajar berkata,
“Jelas sekali, bahwa hadits ini menunjukkan shalatnya Rasul (adalah) sama semua di sepanjang tahun.”
Hadits Jabir bin Abdillah ia berkata:
Rasulullah shalat dengan kami pada bulan Ramadhan 8 raka’at dan witir. Ketika malam berikutnya, kami berkumpul di masjid dengan harapan beliau shalat dengan kami.
Maka kami terus berada di masjid hingga pagi, kemudian kami masuk bertanya, “Ya Rasulullah, tadi malam kami berkumpul di masjid, berharap anda shalat bersama kami,” maka beliau bersabda, “Sesungguhnya aku khawatir diwajibkan atas kalian. ” 12
Pengakuan Nabi tentang 8 raka’at dan 3 witir.
Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah, lalu berkata,”Ya Rasulullah, ada sesuatu yang saya kerjakan tads malam (Ramadhan). Beliau bertanya,”Apa itu, wahai Ubay?”
la menjawab,”Para wanita di rumahku berkata,’Sesungguhnya kami ini tidak membaca Al Qur’an. Bagaimana kalau kami shalat dengan shalatmu?’ Ia berkata,”Maka saya shalat dengan mereka 8 raka’at dan witir.
Maka hal itu menjadi sunnah yang diridhai. Beliau tidak mengatakan apa-apa.” 13
Adapun hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah shalat tarawih dengan 20 raka’at, maka haditsnya tidak ada yang shahih. 14
6 Berapa Rakaat Tarawih Sahabat dan Tabi’in Pada Masa Umar
Ada beberapa riwayat shahih tentang bilangan raka’at shalat tarawih para sahabat pada zaman Umar 43 . Yaitu: 11 raka’at, 13 raka’at, 21 raka’at, dan 23 raka’at. Kemudian 39 raka’at juga shahih, pada masa Khulafaur Rasyidin setelah Umar; tetapi hal ini khusus di Madinah. Berikut keterangan pada masa Umar
Sebelas raka’at.
Umar memerintahkan kepada Ubay dan Tamim Al Dari untuk shalat 11 raka’at. Mereka membaca ratusan ayat, sampai makmum bersandar pada tongkat karena kelamaan dan selesai hampir Subuh. Demikian ini riwayat Imam Malik dari Muhammad bin Yusuf dari Saib Ibn Yazid
Imam Suyuthi dan Imam Subkhi menilai, bahwa hadits ini sangat shahih ( � �� ���). Syaikh Al Albani juga menilai, bahwa hadits ini shahih sekali ( �� ��).
Tigabelas raka’at
Semua perawi dari Muhammd Ibn Yusuf mengatakan 11 raka’at, kecuali Muhammad Ibn Ishaq. Ia berkata 13 raka’at (HR Ibn Nashr), akan tetapi hadts ini sesuai dengan hadits ‘Aisyah yang mengatakan 11 raka’at.
Hal ini bisa dipahami, bahwa termasuk dalam bilangan itu ialah 2 raka’at shalat Fajar, atau 2 raka’at pemula yang ringan, atau 8 raka’at ditambah 5 raka’at Witir.
Duapuluh raka’at (ditambah 1 atau 3 raka’at Witir).
Abdur Razzaq meriwayatkan dart Muhammad Ibn Yusuf dengan lafadz “21 raka’at” (sanad shahih).
Al Baihaqi dalam As Sunan dan Al Firyabi dalam Ash Shiyam meriwayatkan dart jalur Yazid Ibn Khushaifah dart Saib Ibn Yazid, bahwa – mereka- pada zaman Umar di bulan Ramadhan shalat tarawih 20 raka’at. Mereka membaca ratusan ayat, dan bertumpu ‘pada tongkat pada zaman Utsman, karena terlalu lama berdiri.
Riwayat ini dishahihkan oleh Imam Al Nawawi, Al Zaila’i, Al Aini, Ibn Al Iraqi, Al Subkhi, As Suyuthi, Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, dan lain-lain.
Sementara itu Syaikh Al Albani menganggap, bahwa dua riwayat ini bertentangan dengan riwayat sebelumnya, tidak bisa dijama’ (digabungkan). Maka beliau memakai metode tarjih (memilih riwayat yang shahih dan meninggalkan yang lain).
Beliau menyatakan, bahwa Muhammad Ibn Yusuf perawi yang tsiqah tsabt (sangat terpercaya), telah meriwayatkan dart Saib Ibn Yazid 11 raka’at. Sedangkan Ibn Khushaifah yang hanya pada peringkat tsiqah (terpercaya) meriwayatkan 21 raka’at. Sehingga hadits Ibn Khushaifah ini -menurut beliau- adalah syadz (asing, menyalahi hadits yang lebih shahih). 15
Perlu diketahui, selain Ibn Khushaifah tadi, ada perawi lain, yaitu Al Harits Ibn Abdurrahman Ibn Abi Dzubab yang meriwayatkan dart Saib Ibn Yazid, bahwa shalat tarawih pada masa Umar 23 raka’at. (HR Abdurrazzaq). 16
Selanjutnya 23 raka’at diriwayatkan juga dari Yazid Ibn Ruman secara mursal, karena ia tidak menjumpai zaman Umar.
Yazid Ibn Ruman adalah mawla (mantan budak) sahabat Zubair Ibn Al Awam (36 H), ia salah seorang qurra’ Madinah yang tsiqat tsabt (meninggal pada tahun 120 atau 130 H). Ia memberi pernyataan, bahwa masyarakat (Madinah) pada zaman Umar telah melakukar qiyam Ramadhan dengan bilangan 23 raka’at, 17
7 Bagaimana Jalan Keluarnya?
Jumhur ulama mendekati riwayat-riwayat di atas dengan metode al jam’u, bukan metode at tarjih, sebagaimana yang dipilih oleh Syaikh Al Albani. Dasar pertimbangan jumhur adalah:
Riwayat 20 (21, 23) raka’at adalah shahih.
Riwayat 8 (11, 13) raka’at adalah shahih.
Fakta sejarah menurut penuturan beberapa tabi’in dan ulama salaf.
Menggabungkan riwayat-riwayat tersebut adalah mungkin, maka tidak perlu pakai tarjih, yang konsekuensinya adalah menggugurkan salah satu riwayat yang shahih.
8 Beberapa Kesaksian Pelaku Sejarah
Imam Atho’ Ibn Abi Rabah mawla Quraisy, 18 lahir pada masa Khilafah Utsman (antara tahun 24 H sampai 35 H), yang mengambil ilmu dari Ibn Abbas, (wafat 67 / 68 H), Aisyah dan yang menjadi mufti Mekkah setelah Ibn Abbas hingga tahun wafatnya 114 H, memberikan kesaksian:
“Saya telah mendapati orang-orang (masyarakat Mekkah) pada malam Ramadhan shalat 20 raka’at dan 3 raka’at witir.” 19
Imam Nafi’ Al Qurasyi, 20 telah memberikan kesaksian sebagai berikut:
“Saya mendapati orang-orang (masyarakat Madinah); mereka shalat pada bulan Ramadhan 36 raka’at dan witir 3 raka’at.” 21
Daud Ibn Qais bersaksi,
“Saya mendapati orang-orang di Madinah pada amasa pemerintahan Aban Ibn Utsman Ibn Affan Al Umawi (Amir Madinah, wafat 105 H) dan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz (Al Imam Al Mujtahid, wafat 101 H) melakukan qiyamulail (Ramadhan) sebanyak 36 raka’at ditambah 3 witir.” 22
Imam Malik Ibn Anas (wafat 179 H) yang menjadi murid Nafi’ berkomentar,
“Apa yang diceritakan oleh Nafi’, itulah yang tetap dilakukan oleh penduduk Madinah. Yaitu apa yang dulu ada pada zaman Utsman Ibn Affan. 23
Imam Syafi’i, 24 mengatakan,
“Saya menjumpai orang-orang di Mekkah. Mereka shalat (tarawih, red.) 23 raka’at. Dan saya melihat penduduk Madinah, mereka shalat 39 raka’at, dan tidak ada masalah sedikitpun tentang hal itu.” 25
9 Beberapa Pemahaman Ulama Dalam Menggabungkan Riwayat-Riwayat Shahih Di Atas
Imam Syafi’i, setelah meriwayatkan shalat di Mekkah 23 raka’at dan di Madinah 39 raka’at berkomentar,
“Seandainya mereka memanjangkan bacaan dan menyedikitkan bilangan sujudnya, maka itu bagus. Dan seandainya mereka memperbanyak sujud dan meringankan bacaan, maka itu juga bagus; tetapi yang pertama lebih aku sukai.” 26
Ibn Hibban (wafat 354 H) berkata,
“Sesungguhnya tarawih itu pada mulanya adalah 11 raka’at dengan bacaan yang sangat pan fang hingga memberatkan mereka. Kemudian mereka meringankan bacaan dan menambah bilangan raka’at, menjadi 23 raka’at dengan bacaan sedang. Setelah itu mereka meringankan bacaan dan menjadikan tarawih dalam 36 raka’at tanpa with.” 27
Al Kamal Ibnul Humam mengatakan,
“Dalil-dalil yang ada menunjukkan, bahwa dari 20 raka’at itu, yang sunnah adalah seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi, sedangkan sisanya adalah mustahab.” 28
Al Subkhi berkata,
“Tarawih adalah termasuk nawafil. Terserah kepada masing-masing, ingin shalat sedikit atau banyak. Boleh jadi mereka terkadang memilih bacaan panjang dengan bilangan sedikit, yaitu 11 raka’at. Dan terkadang mereka memilih bilangan raka’at banyak, yaitu 20 raka’at daripada bacaan panjang, lalu amalan ini yang terus berjalan.” 29
Ibn Taimiyah berkata,
“Ia boleh shalat tarawih 20 raka’at sebagaimana yang mashur dalam madzhab Ahmad dan Syafi’i. Boleh shalat 36 raka’at sebagaimana yang ada dalam madzhab Malik. Boleh shalat 11 raka’at, 13 raka’at. Semuanya baik. Jadi banyaknya raka’at atau’ sedikitnya tergantung lamanya bacaan dan pendeknya.”
Beliau juga berkata,
“Yang paling utama itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan orang yang shalat. Jika mereka kuat 10 raka’at ditambah witir 3 raka’at sebagaimana yang diperbuat oleh Rasul di Ramadhan dan di luar Ramadhan- maka ini yang lebih utama. Kalau mereka kuat 20 raka’at, maka itu afdhal dan inilah yang dikerjakan oleh kebanyakan kaum muslimin, karena ia adalah pertengahan antara 10 dan 40.
Dan jika ia shalat dengan 40 raka’at, maka boleh, atau yang lainnya juga boleh. Tidak dimaksudkan sedikitpun dari hal itu, maka barangsiapa menyangka, bahwa qiyam Ramadhan itu terdiri dari bilangan tertentu, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, maka ia telah salah.” 30
Al Tharthusi (451-520 H) berkata,
Para sahabat kami (Malikiyah) menjawab dengan jawaban yang benar, yang bisa menyatukan semua riwayat. Mereka berkata,
“Mungkin Umar pertama kali memerintahkan kepada mereka 11 raka’at dengan bacaan yang amat panjang. Pada raka’at pertama, imam membaca sekitar dua ratus ayat, karena berdiri lama adalah yang terbaik dalam shalat.
Tatkala masyarakat tidak lagi kuat menanggung hal itu, maka Umar memerintahkan 23 raka’at demi meringankan lamanya bacaan. Dia menutupi kurangnya keutamaan dengan tambahan raka’at. Maka mereka membaca surat Al Baqarah dalam 8 raka’at atau 12 raka’at sesuai dengan hadits al a’raj tadi.”
Telah dikatakan, bahwa pada waktu itu imam membaca antara 20 ayat hingga 30 ayat. Hal ini berlangsung terus hingga yaumul Harrah, 31 maka terasa berat bagi mereka lamanya bacaan. Akhirnya mereka mengurangi bacaan dan menambah bilangannya menjadi 36 raka’at ditambah 3 witir. Dan inilah yang berlaku kemudian.
Bahkan diriwayatkan, bahwa yang pertama kali memerintahkan mereka shalat 36 raka’at ditambah dengan 3 witir ialah Khalifah Muawiyah Ibn Abi Sufyan (wafat 60 H). Kemudian hal tersebut dilakukan terus oleh khalifah sesudahnya.
Lebih dari itu, Imam Malik menyatakan, shalat 39 raka’at itu telah ada semenjak zaman Khalifah Utsman. Kemudian Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz (wafat 101 H) memerintahkan agar imam membaca 10 ayat pada tiap raka’at.
Inilah yang dilakukan oleh para imam, dan disepakati oleh jama’ah kaum muslimin, maka ini yang paling utama dari segi takhfif (meringankan). 32
Ada juga yang mengatakan, bahwa Umar memerintahkan kepada dua sahabat, yaitu “Ubay bin Ka’ab 45 dan Tamim Ad Dad, agar shalat memimpin tarawih sebanyak 11 raka’at, tetapi kedua sahabat tersebut akhirnya memilih untuk shalat 21 atau 23 raka’at. 33
Al Hafidz Ibn Hajar berkata,
“Hal tersebut dipahami sebagai variasi sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan manusia. Kadang-kadang 11 raka’at, atau 21, atau 23 raka’at, tergantung kesiapan dan kesanggupan mereka. Kalau 11 raka’at, mereka memanjangkan bacaan hingga bertumpu pada tongkat. Jika 23 raka’at, mereka meringankan bacaan supaya tidak memberatkan jama’ah. 34
Imam Abdul Aziz Ibn Bazz mengatakan:
“Diantara perkara yang terkad nng samar bagi sebagian orang adalah shalat tarawih Sebagian mereka mengira, bahwa tarawih tidak boleh kurang dari 20 raka’at. Sebagian lain mengira, bahwa tarawih tidak boleh lebih dari 11 raka’at atau 13 raka’at. Ini semua adalah persangkaan yang tidak pada tempatnya, bahkan salah; bertentangan dengan dalil.
Hadits-hadits shahih dari Rasulullah telah menunjukkan, bahwa shalat malam itu adalah muwassa’ (lelunsa, lentur, fleksibei). Tidak ada batasan tertentu yang kaku. yang tidak boleti dilanggar.
Bahkan telah shahih dari Nabi, bahwa beliau shalat malam 11 raka’at, terkadang 13 raka’at, terkadang lebih sedikit dari itu di Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Ketika ditanya tentang sifat shalat malam, beliau menjelaskan:
dua rakaat-dua raka’at, apabila salah seorang kamu khawatir subuh, maka shalatlah satu raka’at witir, menutup shalat yang ia kerjakan. ” (HR Bukhari Muslim).
Beliau tidak membatasi dengan raka’at-raka’at tertentu, tidak di Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Karena itu, para sahabat pada masa Umar di sebagian waktu shalat 23 raka’at dan pada waktu yang lain 11 raka’at. Semua itu shahih dari Umar dan para sahabat pada zamannya.
Dan sebagian salaf shalat tarawih 36 raka’at ditambah witir 3 raka’at. Sebagian lagi shalat 41 raka’at. Semua itu dikisahkan dari mereka oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan ulama lainnya. Sebagaimana beliau juga menyebutkan, bahwa masalah ini adalah luas (tidak sempit).
Beliau juga menyebutkan, bahwa yang afdhal bagi orang yang memanjangkan bacaan, ruku’. sujud, ialah menyedikitkan bilangan raka’at(nya). Dan bagi yang meringankan bacaan, ruku’ dan sujud (yang afdhal) ialah menambah raka’at(nya). Ini adalah makna ucapan beliau.
Barang siapa merenungkan sunnah Nabi, ia pasti mengetahui, bahwa yang paling afdhal dari semi In itu ialah 11 raka’at atau 13 raka’at. di Ramadhan atau di luar Ramadhan.
Karena hal itu yang sesuai dengan perbuatan Nabi dalam kebiasaannya. Juga karena lebih ringan bagi jama’ah. Lebih dekat kepada khusyu’ dan tuma’ninah. Namun, barangsiapa menambah (raka’at), maka tidak mengapa dan tidak makruh, seperti yang telah talu.” 35
10 Kesimpulan
Maka berdasarkan paparan di atas, saya bisa mengambil kesimpulan, antara lain:
Shalat tarawih merupakan bagian dari qiyam Ramadhan, yang dilakukan setelah shalat Isya’ hingga sebelum fajar, dengan dua raka’at salam dua raka’at salam.
Shalat tarawih memiliki keutamaan yang sangat besar. Oleh karena itu, Nabi menganjurkannya -dan para sahabat pun menjadikannya- sebagai syiar Ramadhan.
Shalat tarawih yang lebih utama sesuai dengan Sunnah Nabi, yaitu bilangannya 11 raka’at. Inilah yang lebih baik. Seperti ucapan Imam Malik,
“Yang saya pilih untuk diri saya dalam qiyam Ramadhan, ialah shalat yang diperintahkan oleh Umar, yaitu 11 raka’at, yaitu (cara) shalat Nabi. Adapun 11 adalah dekat dengan 13.” 36
Perbedaan tersebut bersifat variasi, lebih dari 11 raka’at adalah boleh, dan 23 raka’at lebih banyak diikuti oleh jumhur ulama, karena ada asalnya dari para sahabat pada zaman Khulafaur Rasyidin, dan lebih ringan berdirinya dibanding dengan 11 raka’at.
Yang lebih penting lagi adalah prakteknya harus khusyu’, tuma’ninah. Kalau bisa lamanya sama dengan tarawihnya ulama salaf, sebagai pengamalan hadits “Sebaik-baik shalat adalah yang panjang bacaanya”.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika benar, maka itu dari Allah. Dan jika salah, maka itu murni dari al faqir. Ya Allah bimbinglah kami kepada kecintaan dan ridhaMu. Dan antarkanlah kami kepada Ramadhan dengan penuh aman dan iman, keselamatan dan Islam.
Maraji’
Shahih Bukhari.
Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Bandung.
Sunan Abu Daud, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
Sunan Tirmidzi, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
Sunan Ibn Majah, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
Sunan Nasa’i, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
Al Majmu’, An Nawawi, Darul Fikr.
Fath Al Aziz, Ar Rafi’i, Darul Fikr (dicetak bersama Al Majmu’).
At Tamhid, lbn Abdil Barr, tahgiq Muhammad Abdul Qadir Atha, Maktabah Abbas Ahmad Al Bazz, Mekkah.
Fathul Bari, Ibn Hajar, targim Muhammad Fuad Abdul Baqi.
Asy Syarhul Kabir, Ibn Qudamah, tahgiq Dr. Abdullah At Turkiy, Hajar, Jizah.
Al Hawadits Wal Bida’, Abu Bakar Ath Tharthusi, tahgiq Abdul Majid Turki, Darul Gharb Al Islami.
Tanbihul Ghafilin, As Samarqandi, tahgiq Abdul Aziz Al Wakil, Darusy Syuruq, Jeddah
Al Hawi Li AI Fatawa, As Suyuthi, Darul Fikr, Beirut.
Shalat At Tarawih, Al Alban!, Al Maktab Al Islami, Beirut.
Fatwa Lajnah Daimah, tartib Ahmad Ad Duwaisi, tartib Adil Al Furaidan.
AI Muntaqa Min Fatawa Al Fawzan.
Al Ijabat Al Bahiyyah, Al Jibrin, i’dad dan tahrij oleh Saad As Sa’dan, Darul Ashimah, Riyadh.
Majalis Ramndhan, Ibn Utsaimin.
Faidh Al Rahim, Ath Thayyar, Maktabah At Taubah, Riyadh.
Ash Shalah, Ath Thayyar, Darul Wathan, Riyadh.
Durus Ramadhan, Salman Al Audah, Darul Wathan, Riyadh.
Majmu’ Fatawa, Ibn Taimiyah.
Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq, Darul Fikr, Beirut.
Al Fatawa Al Haditsiyah, Ibn Hajar Al-Haitsami.
Catatan Kaki
…1
Ash Shalah, 309; At Tamhid, 5/251; Al Hawadits, 140-143; Fathul Bari, 4/250; Al Ijabat Al Bahiyyah, 18; Al Muntaqa, 4/49-51.
…2
Fathul Bari 4/251; Tanbihul Ghafilin 357-458; Majalis Ramadhan, 58; At Tamhid, 3/320; AI Ijabat Al Bahiyyah, 6.
…3
At Tamhid, 3/311-317: Sunan Abi Daud, 166.
…4
HR Ahmad, Ibnu Majah. Al Bazzar, Abu Ya’la dan Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Abu Hurairah.
…5
Lihat Sunan lbn Majah, 146,147; Al Ijabat Al Bahiyyah, 8-10.
…6
HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, dan lain-lain, Hadits shahih. Lihat Al ljabat Al Bahiyyah, 7.
.7
HR. Nasa’i, Ahmad, Al Hakim. (hadits ini) shahih.
…8
HR Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Daud, Ahmad. (hadits ini) shahih.
…9
HR Abu Daud dan Al Baihaqi, ia berkata: Mursal hasan. Syaikh Al Albani berkata,
“Telah diriwayatkan secara mursal dari jalan lain dari Abu Hurairah, dengan sanad yang tidak bermasalah (bisa diterima).” (Shalat At Tarawih, 9).
…10
seorang tabi’in Madinah, wafat 117 H.
…11
Fathul Bari, 4/250-254; Shalat At Tarawih, 11; Al ljabat Al Bahiyyah, 15-18; Al Majmu’, 4/34.
.12
HR Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah, dihasankan oleh Al Albani. Shalat At Tarawih, 18; Fath Al Aziz 4/265.
…13
HR Abu Ya’la, Thabrani dan Ibn Nashr, dihasankan oleh Al Haitsami dan Al Albani. Lihat Shalat At-Tarawih, 68.
…14
Fathul Bari, 4/254; Al Hawi. 1/413; Al Fatawa Al Haditsiyah, 1.195: Shalat At Tarawih, 19-21.
.15
Al Majmu’, 4/32; Shalat At Tarawih, 46; Al Ijabat Al Bahiyyah. 16-18.
…16
Lihat At Tamhid 3/518-519.
…17
HR Malik, Al Firyabi, Ibn Nashr dan Al Baihaqi. Lihat Shalat At Tarawih, 53; Al Ijabat Al Bahiyyah, 16; At Tamhid, 9/332, 519; Al Hawadits, 141.
.18
mawla Quraisy
budak yang dimerdekakan oleh Quraisy.
…19
Fathul Bari, 4/235.
…20
mawla (mantan budak) Ibn Umar (wafat 73 H), mufti Madinah yang mengambil ilmu dari Ibn Umar, Abu Said, Rail’ Ibn Khadij, Aisyah, Abu Hurairah dan Ummu Salamah, yang dikirim oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz ke Mesir sebagai da’i dan meninggal di Madinah pada tahun 117 H.
…21
Al Hawadits, 141; Al Hawi, 1/415.
…22
Fathul Bari, 4/253.
…23
Al Hawadits, 141.
…24
murid Imam Malik yang hidup antara tahun 150 hingga 204 H.
…25
Sunan Thmidzi, 151; Fath Al Aziz, 4/266; Fathul Bari, 4/23.
…26
Fathul Bari, 4/253.
…27
Fiqhus Sunnah, 1/174.
…28
Ibid, 1/175.
…29
Al Hawi, 1/417.
…30
Majmu’ Al Fatawa, 23/113; Al Ijabat Al Bahiyyah, 22; Faidh Al Rahim Al Kalman, 132; Durus Ramadhan, 48.
…31
yaumul Harrah
penyerangan terhadap Madinah oleh Yazid Ibn Mu’awiyyah, tahun 60 H.
…32
Lihat Al Hawadits, 143-145.
…33
Durus Ramadhan, 47.
…34
Fathul Bari, 4/253.
…35
Al Ijabat Al Bahiyyah, 17-18. Lihat juga Fatawa Lajnah Daimah, 7/194-198.
…36
Al Hawadits, 141.
Arti Tarawih
Sesungguhnya arti Tarawih adalah Bersenang-senang dalam lughat bahasa arab. Sembahyang Tarawih berarti adalah sembahyang dengan senang hati dilakukannya sesudah sembahyang Isya. Selain itu sembahyang Tarawih mempunyai arti diberi kelonggaran waktunya dan bilangan rakaatnya dengan segala senang hati.
Fadhilah (Keutamaan) Shalat Tarawih
Hadits dari Sayidina Ali bin Abi Thalib R.D.A, beliau berkata:
Rasulullah SAW telah ditanya dari hal keutamaan pahala sembahyang tarawih, dan Rasulullah menjawab bahwa pada masing-masing malam memiliki keutamaan:
(disini yang saya tuliskan hanya arti dari masing2 hadits, untuk lebih jelasnya terdapat didalam kitab Durrotun Naashihiin oleh ustadz Utsman bin Hasan bin Ahmad Alkhobowi, hal 18)
Malam ke-1
Orang tsb keluar dari dosanya seperti dihari ia dilahirkan oleh ibunya
Malam ke-2
Diampuni dosanya bagi ibu bapaknya jika keduanya orang mu’min
Malam ke-3
Menyeru malaikat yang berada di bawah arasy: ”Tingkatkanlah beramal! Allah akan mengampuni apa yang telah engkau perbuat dari dosamu itu”
Malam ke-4
Baginya pahala seperti membaca Taurat, Zabur,Injil dan AlQuran
Malam ke-5
Allah berikan dia pahala seperti orang sembahyang di Masjidil Haram, di Masjid Madinah dan Masjidil Aqso
Malam ke-6
Allah berikan ia pahala orang yang Thawaf di Baitul Ma’mur (yang berada dilangit ketujuh) dan akan memintakan ampun dosanya tiap-tiap batu dan butir pasir
Malam ke-7
Mendapat pahala seperti membantu perjuangan Nabi Musa a.s, serta menolongnya mengalahkan fira’un dan Haman.
Malam ke-8
Allah Ta’ala karuniakan dia seperti apa yang dikaruniakan kepada Nabi Ibrahim a.s
Malam ke-9
Mendapat pahala seperti ibadat Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT
Malam ke-10
Allah Ta’ala karuniakan kebajikannya banyak didunia dan akhirat
Malam ke-11
Ke luar ia dari dunia (wafat) seperti hari ia dilahirkan dari perut ibunya
Malam ke-12
Datang bangkit dihari kiamat sedang mukanya bercahaya seperti bulan di malam tanggal empat belas hari (bulan purnama)
Malam ke-13
Datang di hari kiamat aman dari tiap-tiap keburukan
Malam ke-14
Datang para malaikat menjadi saksi baginya bahwa ia betul melakukan sembahyang tarawih. Maka karena itu ia tidak dikenakan hisab di hari kiamat.
Malam ke-15
Mendoakan para malaikat yang menanggung arsy dan kursi
Malam ke-16
Allah tuliskan baginya aman dari api neraka, dan diberi kebebasan untuk masuk surga
Malam ke-17
Diberi pahala seperti pahala para Nabi.
Malam ke-18
Menyeru malaikat padanya ” Hai hamba Allah! Sesungguhnya Allah betul-betul telah meridhai-mu dan kepada ibu bapakmu”
Malam ke-19
Allah meninggikan derajatnya di surga firdaus
Malam ke-20
Diberikan dia pahala syuhada dan orang-orang shalih.
Malam ke-21
Allah Ta’ala buatkan untuknya sebuah rumah dari cahaya di dalam surga
Malam ke-22
Orang tsb datang di hari kiamat aman dari tiap-tiap macam duka cita dan kekuatiran
Malam ke-23
Allah Ta’ala buatkan dia sebuah kota di dalam surga
Malam ke-24
Adalah baginya tersedia duapuluh empat macam doa mustajaabah
Malam ke-25
Allah Ta’ala mengangkat siksaan dari dalam kuburnya
Malam ke-26
Allah tiongkatkan pahala ibadat 40 tahun
Malam ke-27
Orang tersebut melintas di atas shirat di hari kiamat seperti kilat
Malam ke-28
Allah tinggikan pangkatnya di dalam surga seribu derajat
Malam ke-29
Allah berikan pahala 1000 haji yang maqbul
Malam ke-30
Allah berfirman nanti kepadanya ” Ya hambaKu!Silahkan engkau makan buah-buahan surga dan mandilah air sungai ”Salsabil” dan minumlah air telaga ”Alkautsar” Aku ini Tuhanmu, dan engkau adalah hambaKu”
Demikian teman-teman, tentang kebesaran fadhilah sembahyang tarawih dari awal bulan ramadhan sampai yang paling akhir.
”Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa kita semua dan melimpahkan segala berkahnya di bulan yang suci dan indah ini……” Amien Ya Rabbal Alamien
Dari salah satu sumber terpercaya yang merupakan rangkuman dari kumpulan kitab-kitab para alim ulama seperti:
1. Ihya’ Ulumuddin (Imam Ghozali)
2. Al-Adzkaar (Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya Addamsiqy Asy-Syafi’ie)
3. Durrotun – Naashihiin (oleh ustadz Utsman bin Hasan bin Ahmad Alkhobowi)
Dan yang pasti adalah Tafsir AlQuranul Karim, dirangkum apik dalam buku SEMBAHYANG TARAWIH dari Penerbit M.A Jaya- Jakarta
FADHILAH SHALAT TARAWIH
{ Oktober 22, 2007 @ 12:43 pm } · { Seputar agama }
{ }
Shalat tarawih di bulan ramadan hukumnya sunnah muakkad bagi umat islam .Oleh sebab itu usahakan kita jangan sampai meninggalkan bulan ramadan .Dibawah ini adalah fadhilah / pahala salat tarawih tiap malamnya:
Malam ke-1 : Orang mu’min diampuni dosanya ,bersih seperti bayi lahir dari kandungan ibunya
Malam ke-2 :Allah mengampuni dosa kita dan kedua orang tua(Bapak-ibu)kita
Malam ke-3 :Malaikat memanggil dari alam ‘Arasy,berseru:”Segeralah kamu beramal,Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu”
Malam ke-4 iberi pahala Sebanyak membaca Taurat,Injil,Zabur,Al-Qur’an
Malam ke-5 iberi pahala sebanyak shalat di Masjidil haram,Masjidil Aqsha,dan Masjid Nabawi
Malam ke-6 iberi pahala sebanyak pahala tawaf di Baitul Makmur,dan setiap batu-batuan dan Tanah liat beristighfar untuknya
Malam ke-7 :Seolah-olah bertemu Nabi Musa berjuang bersama melawan Firaun dan Haman
Malam ke-8 iberi segala apa yang diterima oleh Nabi Ibrahim
Malam ke-9 :Seolah-olah beribadah seperti yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW
Malam ke-10 iberi kebaikan dunia akhirat
Malam ke-11 :Bakal meniggal dunia bersih dari segala dosa seperti bayi yang baru dilahirkan
Malam ke-12 :Wajah kita akan bercahaya seperti bulan purnama dihari kiamat
Malam ke-13 :Kelak dihari kiamat akan aman dari segala kejahatan
Malam ke-14 ibebaskan dari hisab,dan para malaikat memberi kesaksian atas ibadah tarawih kita
Malam ke-15 :malaikat bersholawat pada kita,penaggung ‘Arasy dan kursi
Malam ke-16 ibebaskan dari segala siksa neraka dan bebas pula masuk surga
Malam ke-17 iberi pahala yang diterima para nabi
Malam ke-18 : Malaikat memanggil “Ya hamba Allah,engkau dan kedua orang tuamu telah diridhoi oleh Allah SWT
Malam ke-19 itinggikan derajatnya di surga Firdaus
Malam ke-20 iberi pahala syuhadak dan sholihin
Malam ke-21 ibangunkan sebuah gedung Nur di surga
Malam ke-22 :Akan aman dihari kiamat dari bencana yang menyedihkan dan menggelisahkan
Malam ke-23 : Dibangunkan sebuah kota di surga
Malam ke-24 oa yang dipanjatkan sebanyak 24 doa akan dia kabulkan
Malam ke-25 ibebaskan dari siksa kubur
Malam ke-26 itingkatkan pahalanya 40 tahun
Malam ke-27 :Melintasi jembatan shirat bagai kilat menyambar
Malam ke-28 itinggikan derajatnya 1000 tingkat disurga
Malam ke-29 iberi pahala sebanyak 1000 haji mabrur
Malam ke-30 iseru Allah SWT dengan firmanNya,”Ya Hambaku,silakan makan buah-buahan Surga,silakan mandi air Salsabil,dan minumlah dari telaga Kautsar,Akulah Tuhanmu dan kamu adalah hambaku”
sumber: kitab durratun nashihiin hal 18-19
Nah sekarang kita sudah tahu semua pahala salat tarawih.Semoga kita lebih baik di tahun depan . Amien
Uraian :
Nabi SAW pernah bersabda, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallah Wajhah, ia berkata: Nabi SAW, pernah ditanya tentang fadhilat tarawih di bulan Ramadhan seraya bersabda:
Pada malam pertama di bulan Ramadhan keluarlah orang yang beriman dari dosanya seperti hari dilahirkan oleh ibunya.
Dan pada malam kedua, diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuany, jika kedua orang tuanya itu beriman.
Dan pada malam ketiga, malaikat meyeru dar bawah ‘Arsy: lanjutkanlah amalmu niscaya Allah akan mengampuni dosamu yang telah lalu.
Dan pada malam keempat, pahalanya seperti membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.
Dan pada malam kelima, Allah memberikan kepadanya pahala seperti orang yang shalat di masjidil Haram dan Masjid Nabawiy di Madinah dan masjid al-Aqsha.
Dan pada malam keenam, Allah memberikan pahala orang ang thawaf di Baitil Makmur, dan semua batu-batuan dan tanah liat turut memohonkan ampun untuknya.
Dan pada malam ketujuh, seakan-akan dia menjumpai Nabi Musa dan membantunya dalam menghadapi Fir’aun dan Haaman.
Dan paa malam kedelapan, Allah memberikan kepadanya apa-apa yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim AS.
Dan pada malam kesembilan, seakan-akan dia beribadah kepada Allah seperti ibadah Nabi Isa AS.
Dan pada malam kesepuluh, Allah memberi rizki untuk dia dua kebaikan dunia dan akhirat.
Dan pada malam kesebelas, (jika ia meninggal) keluar dari dunia seperti hari dilharikan oleh ibunya.
Dan pada malam keduabelas, pada hari kiamat nanti wajahnya seperti bulan purnama,
Dan pada malam ketigabelas, dia akan datang besok di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala macam kejahatan
Dan pada malam keempat belas, Malaikat menyasikan untuknya bahwa dia telah melaksanakan shalat tarawih, karena itu Alalh tidak menghisab dia di hari kiamat kelak.
Dan pada malam kelima belas, malaikat penjaga ‘Arsy dan kursy mendoakan kepadanya.
Dan pada malam keenam belas, Allah menetapkan dia sebagai orang yang bebas dan selamt dari neraka dan bebas masuk ke dalam surga.
Dan pada malam ketujuh belas, Allah akan memberikan kepadanya sebagai pahala para nabi.
Dan pada malam kedelapan belas, malaikat berseru: Wahai hamba Allah, sungguh Allah meridhai kamu dan meridhai kedua orang tuamu.
Dan pada malam kesembilan belas, Allah akan mengangkat derajatnya di dalam surga firdaus.
Dan pada malam kedua puluh, Allah memberikan pahala syuhada dan shalihin
Dan pada malam keduapuluh satu, Allah akan membangunkan untuknya suatu istana di surga dari cahaya.
Dan pada malam kedua puluh dua dia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala macam kesedihan dan kesusahan.
Dan pada malam kedua puluh tiga, Allah akan membangunkan untuknya sebuah kota di surga.
Dan pada malam kedua puluh empat, dia akan dianugerahkan 24 macam doa yang dikabulkan.
Dan pada malam kedua puluh lima, dia akan dihindarkan dari adzab kubur.
Dan pada maam kedua puluh enam, diangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
Dan pada malam yang kedua puluh tujuh, dia akan melalui shiratal mustaqim bagaikan kilat yang menyambar.
Dan pada malam kedua pulu delapan, Allah akan mengangkat dia seribu derajat di surga.
Dan pada malam kedua puluh sembilan Allah akan memberikan kepadanya pahala seribu kali haji yang maqbul (mabrur).
Dan pada malam ketiga puluh, Allah SWT berfirman: “Wahai hamba-Ku, makanlah dari segala macam buah-buahan surga dan mandilah dari air salsabila (di surga) dan minumlah dari air al-Kautsar, seraya berfirman : “Aku adalah Tuhanmu dan engkau adalah hamba-Ku”.
Sumber : Kitab Durraton Nasihin, hal. 18
September 6, 2007
Fadhilah (Keutamaan) Ramadhan
Diarsipkan di bawah: Tazkiyah — alqoshiduun @ 3:43 pm
Mendapat Ampunan dari Allah
Abu Hurairah r.a berkata : Nabi Muhammad s.a.w bersabda : “Barang siapa yang puasa bulan Ramadhan karena keimanannya dan benar-benar mengharapkan pahala dari Allah, maka diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” (Bukhori, Muslim)
Do’a-Do’anya Makbul
“Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil dan do’anya orang yang teraniaya. (Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majjah dan Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan).
Syiam Hanya Untuk Allah Dan Hanya Allah Yang Akan Membalasnya.
Bau Mulut Orang Yang Berpuasa Lebih Harum Dari Kasturi.
Mendapat Dua kegembiraan.
Abu Hurairah r.a. berkata telah bersabda Nabi Muhammad s.a.w : “ Allah telah berfirman : “ Semua amalan anak Adam dapat tercampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali puasa, maka itu untukku, dan aku sendiri yang akan membalasnya. Dan puasa itu sebagai perisai, maka seseorang sedang berpuasa, jangan berkata keji atau ribut-ribut, dan kalau seseorang mencaci kepadanya, atau mengajak berkelahi maka hendaknya dikatakan kepadanya : Aku sedang berpuasa. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih harum dari minyak (kasturi). Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, yaitu ketika ia sedang berbuka puasa, dan ketika ia menghadap kepada Allah akan gembira benar, menerima pahalanya.” (Bukhori, Muslim)
Dijauhkan Dari (Naar) Neraka
Abu Sa’id Al khudri ra. Berkata : Rasulullah saw bersabda: “ Tidak seorang yang berpuasa sehari saja karena Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka jarak 70 tahun.” (HR. Bukhori, Muslim)
Di Masukan Jannah (Syurga) Melalui Babur Royyan
Abu Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda : “ Siapa yang bersedekah sejodoh (dua kendaraan) dalam jihad fisabilillah, maka ia akan dipanggil dari semua pintu-pintu syurga, Hai hamba Allah itu baik. Dan barang siapa melakukan sholat, dipanggil dari pintu sholat, dan siapa ahli jihad maka dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa ahli puasa dipanggil dari pintu puasa (arroyyan), dan barang siapa ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” Abu Bakar bertanya : Ya Rasulullah, “apa sebabnya maka ada orang yang dipanggil dari semua pintu-pintu itu (apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu-pintu itu)” Jawab Nabi : “ Ya, dan saya harapkan kau dari golongan mereka.” (HR.Bukhori Muslim)
Ket : Bersedekah sejodoh tidak berarti kendaraan saja, tetapi melakukan segala perbuatan dobel (dua), baik dari sholat wajib dengan sunnahnya atau puasa dan lain-lain.
Naar Ditutup, Jannah Dibuka dan Syaithon Dibelenggu
Abu Hurarah ra berkata Rasulullah saw bersabda: “ Jika tiba bulan puasa Ramadhan maka ditutup pintu neraka, dibuka pintu-pintu jannah dan dibelenggu (dirantai) semua syaiton.” (HR.Bukhori Muslim)
Dimintakan Ampunan Oleh Malaikat.
Jannah Dihiasi Pada Permulaan Ramadhan
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah r.a. berkata : Rasulullah saw bersabda: “ Umatku di beri Allah setiap bulan puasa lima macam, yang tidak diberi pada ummat-ummat sebelumnya. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau misik (kasturi), Malaikat memintakaan ampun untuk orang yang berpuasa hingga berbuka, Penjahat- penjahat syaiton dibelenggu sehingga mereka tidak leluasa seperti biasanya, Allah menghiasi jannah setiap hari, dan berfirman : Hampir setiap hambaku yang sholeh bebas dari keberatan dan gangguan dan kembali kepadamu, Allah mengampunkan kepada mereka pada akhir malam Ramadhan. Ditanya : Ya, Rasulullah, apakah itu lailatul qadar? Jawabnya : “ Bukan, tetapi seorang buruh dibayar upahnya telah selesai pekerjaannya.”
Mendapat Keridoaan Allah.
Nilai Amalan Sunnah Pada Bulan Ramadhan Sama Dengan Amalan Fardhu di Bulan Lain, Nilai Amalan Fardhu di bulan Ramadhan Sama Dengan 70 Fardhu di Bulan Lain.
Hari-Hari di Awal Ramadhan Rohmat, pertangahannya Ampunan, Terakhirnaya Pembebasan dari Naar
Abul-Lais meriwayatkan dengan sanadnya dari Salman Alfarisi ra berkata: Rasulullah berkutbah pada akhir bulan Sya’ban dan bersabda : “Hai semua manusia, telah tiba kepada kalian bulan yang besar dan berkat, bulan yang menggandung lailatul qodri yang lebih baik dari satu seribu bulan,bulan yang diwajibkan oleh Allah kepada hambanya untuk berpuasa, dengan bangun malam hanya sunnat, maka barang siapa yang mengerjakan yang sunnat pada bulan itu maka sama dengan orang yang mengerjakan amalan yang fardhu di bulan lain, dan yang mengerjakan yang fardhu pada bulan itu bagikan tujuh puluh fardhu di bulan-bulan lain, dan ia bulan sabar, sedang sabar balasannya adalah jannah, dan ia sebagai bulan bantuan dan pertolongan, dan bulan yang ditambahkan rizqi orang mu’min, siapa yang memberi buka puasa pada orang yang brerpuasa mendapat pahala bagikan memerdekaan budak dan menjadi pengampun bagi dosa-dosanya.” Sahabat berkata: Ya Rasulullah tidak semua orang mempunyai makanan untuk memberi buka pada orang yang berpuasa. Jawab Nabi saw : “Allah itu memberi pahala itu pada orang yang memberi buka walau seteguk susu, atau sebiji korma atau segelas air, dan barang siapa yang mengenyangkan orang yang berpuasa, maka ia diampunkan dosa-dosanya dan diberi minum dari telagaku minuman yang tidak akan haus sehingga masuk jannah, dan ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya dirinya sedikit pun, dan bulan ini permulaannya rahmat dan pertengahanya pengampunan dan akhirnya kebebasan dari neraka, dan barang siapa yang meringankan budaknya (buruhnya) maka Allah akan memerdekaan dari api neraka. ”
Dibangunkan Rumah di Jannah dan Akan Dinikahkan Dengan Dua Bidadari
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanad ayahnya dari Ibnu Mas’udr.a. berkata: “Tidak seorang hamba bepuasa Ramadhan dengan tenang diam dam selalu berdzikir, dan melaksanalan yang halal dan meninggalkan yang haram, dan tidak berbuat keji, melainkan ia keluar dari bulan ramadhan sudah diampunkan semua dosa-dosanya, dan dibagunkan untuk tasbih dan tahlil sebuah rumah di jannah dan zamrud yang hijau di dalamnya ada yaqut yang merah di dalam yaqut itu ada khemah dari permata yang berlubang dan di dalamnya ada dua bidadari yang memakai dua gelang emas yang bertaburkan yaqut merah yang dapat menerangi dunia seluruhnya.”
Perbandingan Kelebihan Bulan Ramadhan Dengan Bulan Yang Lain
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : “ Rajab bulanya umatku dan kelebihanya dari bulan-bulan yang lain bagikan kelebihan umatku dari umat-umat yang lain. Dan sya’ban bulanku dan kekebihanya terhadap lain-lain bulan bagikan kelebihanku atas lain-lain Nabi. Dan Ramadhan bulan Allah dan kelebihannya terhadap lain-lain bulan bagikan kelebihan Allah atas mahluk-Nya.’
Wallahu ‘alam bishowab
Tidak ada Komentar »
Belum ada komentar.
RSS umpan untuk komentar-komentar dalam tulisan ini. URI Lacak Balik
Tinggalkan komentar
Login sebagai alasror. Keluar log »
Sep
07
Fadhilah Puasa
post info
Oleh Bonne
Kategori: Duratun Nasihin
Dengan Menyebut nama Allah Yang Pemurah dan Pengasih
“Wahai orang-orang mukmin, puasa Ramadhan telah diwajibkan atasmu seperti yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa. Yaitu dalam hari-hari yang telah ditentukan (yakni penuh satu bulan). Maka siapa sakit diantaramu, atau tengah bepergian, maka wajiblah berpuasa di hari-hari lain, sebagai pengganti hari-hari yang ditinggalkan.” (QS Al- Baqarah 2: 183 -184)
Riwayat wajibnya puasa
Sehubungan dengan perang menundukkan nafsu syahwat, telah diceritakan dalam proses diwajibkannya puasa, demikian:
Bahwasanya Allah swt setelah selesai menciptakan akal, berfirman: “Hai akal menghadaplah kamu kepadaKu”, maka dengan segera akal menghadapNya. Lalu Allah menyuruhnya: “Mundurlah hai akal, maka ia segera mundur mentaati perintah Allah swt. Kemudian Allah bertanya: ” Hai akal, siapakah sebenarnya kamu dan Aku ini ?” jawabnya: ” Ya Allah, Engkaulah Tuhan sesembahanku, sedang aku hanyalah hambaMu yang lemah.” Akhirnya akal dipuji oleh Allah dengan firmanNya: “Hai akal, tiada makhluk yang Kuciptakan lebih mulia dibandingkan kamu.”
Kemudian Allah swt ciptakan pula nafsu, dan ketika ia dusuruh menghadap Allah, sepatah katapun tiada jawaban darinya, bahkan ketika ditanya: “Siapa kamu, dan siapa Aku ?” Jawabnya: “Aku ya aku, Kamu ya Kamu”. Maka dengan demikian ia patut menjalani hukuman, akibat tidak tahu diri, ia disiksa dilemparkan ke dalam kobaran api neraka jahanam selama 100 tahun, dan setelah habis masa hukumannya, ia dikeluarkan dari neraka, lalu ditanya:”Siapa sebenarnya engkau, dan siapa pula Aku? Jawabnya tiada berbeda dengan dulu: “Aku ya aku, Engkau ya Engkau”.
Akhirnya ia dihukum lagi, tapi kali ini ia dilemparkan ke dalam neraka lapar selama 100 tahun, sehabis masa hukuman ia ditanya lagi tentang diri dan Penciptanya, maka berkat hukuman lapar (puasa) ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang hamba yang lemah, dan Allah Tuhannya, itulah sebabnya Allah mewajibkan puasa baginya.
Tingkatan Puasa.
Puasa ada 3 tingkatan, yaitu: “Puasa Umum, puasa khusus dan puasa khawashul khawaah.
Puasa umum, yakni puasa yang dikerjakan oleh kebanyakan umat (orang awam), ialah mengekang diri dari makan, minum dan berhubungan suami-istri.
Puasa khusus, yakni puasa yang dikerjakan oleh kebanyakan para shalihin, ialah mengekang anggota badan dari segala perbuatan dosa, yang demikian ini dapat tercapai, hanya dengan menguasai 5 perkara secara langgeng, yaitu:
Menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang tercela menurut agama.
Memelihara lisan dari ghibah, dusta, adu-domba dan sumpah palsu, yang demikian ini bertolak dari hadits riwayat Anas ra, Nabi saw bersabda: “Ada 5 hal yang dapat membinasakan pahala puasa, yaitu: Dusta, ghibah, adu-domba, sumpah palsu dan memandang penuh syahwat.”
Memelihara telinga dari mendengarkan yang dibenci oleh agama.
Memelihara segenap anggota tubuh dari hal-hal yang dibenci oleh agama. Memelihara perut dari makan yang syubhat ketika berbuka, sebab apa artinya puasa dengan mengekang makan halal disiang hari, lalu berbuka dengan haram, demikian ini bagaikan orang membangun sebuah gedung ditengah kota, lalu kota tersebut dihancur-binasakan. Dalam hal ini Nabi saw bersabda: “Kebanyakan orang berpuasa tidak mampu memetik hasilnya, kecuali lapar dan dahaga”.
Tidak terlalu banyak mengisi perut, di saat berbuka, sekalipun dengan makanan halal, sebab Nabi saw bersabda: “Tiada orang yang lebih dibenci oleh Allah, dibandingkan orang yang suka memenuhi perutnya, sekalipun makanan yang halal”.
3. Puasa khawashul khawash, ialah memelihara gerak hati dari tujuan hal-hal yang bersifat dunia semata, dan tidak semata memikirkannya, dan mengekangnya dari niat atau memikirkan selain Allah.
Bagi tingkatan puasa demikian, apabila memikirkan hal-hal selain Allah, maka gugurlah puasanya, inilah puasa yang setingkat dengan puasanya para Nabi dan para shiddiqin. Dan pada hakekatnya kedudukan ini, menghadapkan jiwa raga sepenuhnya kepada Allah, dan berpaling dari selain Dia.
Hikayat
Ada seorang majusi melihat anaknya tiada tahu diri dalam bulan Ramadhan makan di pasar, lalu ia menghajarnya dengan pukulan, katanya: “Kenapa kamu tidak tahu diri dalam bulan Ramadhan, yang seharusnya engkau pandai menghormati umat Islam yang tengah berpuasa?” Yang demikian ini adalah sikap dan tindakan seorang majusi penyembah api atau katakanlah orang musyrik dalam mendidik anaknya. Kemudian bagaimanakah dengan sikap kita di negeri ini dewasa ini yang nota bene 95% mengaku beragama Islam, dalam menghormati Ramadhan?
Alkisah, orang majusi itu meninggal dunia, dan pada suatu malam seorang ‘alim mimpi bertemu dengannya, ia berada di ranjang indah di sorga, ketika ditanya: “Lo anda kan orang Majusi, kenapa di tempat ini?” Jawabnya: “Betul, semula memang aku orang Majusi, tetapi menjelang maut tiba, tersentuh hatiku untuk memeluk Islam, saat itu aku dengar seruan di atasku: “Hai para malaikatKu, jangan biarkan ia mati tersesat dengan agama majusinya, angkatlah dia menjadi seorang muslim terhormat, sebab ia telah menghormati bulan suci Ramadhan”.
Motifasi
Dengan menyimak ceritera tersebut di atas, hendaklah cukup menjadi pendorong (motifasi) bagi masyarakat untuk melaksanakan hak bulan Ramadhan dan menghormatinya, karena kita harus optimis dengan anugrah iman sebagaimana yang diperoleh orang majusi tersebut, ia memperoleh anugrah iman, hanya dengan menghormatinya apalagi jika mau melaksanakan puasa Ramadhan penuh keyakinan dan keikhlasan jiwanya.
Nabi saw bersabda: “Siapa lega hati, menyambut kehadiran bulan Ramadhan, pasti Allah mengharamkan tubuhnya atas neraka apa saja.”
Nabi saw bersabda: “Pada malam pertama bulan Ramadhan, Allah berfirman: “Siapa mencintaiKu, pasti Akupun mencintainya, siapa mencari rahmatKu, pasti rahmatKupun mencarinya, dan siapa beristighfar kepadaKu, pasti Aku mengampuninya, berkat hormat Ramadhan, lalu Allah menyuruh malaikat mulia pencatat amal, khusus dalam bulan Ramadhan supaya menulis amal kebaikan semata, tidak mencatat laku kejahatan mereka, umat Muhammad, dan Allah menghapus dosa-dosa terdahulu bagi mereka.”
Renungan
Sekarang semuanya kembali pada diri kita masing-masing, apakah kita mampu melawan hawa nafsu kita sendiri, karena pada bulan suci Ramadhan hampir bisa dipastikan bahwa kita tidak diganggu oleh syetan, karena syetan-syetan dibelenggu sesuai dengan hadits Nabi SAW sebagai berikut: dari Abu Hurairah Ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, “Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga akan dibukakan dan pintu-pintu neraka akan ditutup serta syetan-syetan akan dibelenggu.” (HR Bukhari No. 1898 dan Muslim 1079).
Mari kita hormati bulan suci Ramadhan dengan menjalankan ibadah puasa serta ibadah-ibadah lainnya. Agar kita tergolong orang-orang yang mampu mengatasi hawa nafsunya sendiri, mendapatkan tambahan keimanan supaya kita bisa lebih bertaqwa kepada Allah dengan mendapatkan Ridho-Nya untuk mencapai satu tujuan yaitu Surga.
Satu tahun tidak terasa.
Ramadhan telah kembali mengunjungi kita.
Semoga yang dilalui dan dilakukan.
Menjadikan kebaikan di bulan suci ini.
Marhaban yaa Ramadhan.
Taqabalallahu Minna Waminkum.
Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
(http://temanpagi.wordpress.com/2007/08/27/sms-ucapan-bulan-puasa-dan-lebaran/)
::… bkend.sep-2007 …:::
Referensi:
Duratun Nasihin
– Pengajian I Fadhilah Ramadhan I
– Pengajian II Fadhilah Puasa
– Pengajian III Fadhilah Ramadhan II
situs eramuslim (www.eramuslim.com)
http://www.eramuslim.com/ustadz/shm/6920102150-ramadhan-vs.-s
Artikel – Keutamaan Bulan Ramadhan
Oleh : Farid N. Arief
Diibaratkan seorang petani mempunyai 12 (dua belas) bidang tanah, dari hasil penelitian ahli pertanian tanah petani bidang yang ke 9 (sembilan) sangat subur sekali, kalau dibandingkan dengan bidang tanah-tanah yang lain.Jika petani menanami tanah bidang 9 dia akan memperoleh hasil yang sangat berlipat ganda,maka kalau petani itu tidak mau mengolah tanah pada bidang yang nomor sembilan,atau dia tidak rajin menanami bidang tanah yang subur ini secara optimal, tentu petani itu seorang yang bodoh, seorang yang membuang kesempatan untuk mendapat keuntungan yang berlipat ganda.
Begitu juga kita umat Islam yang mempunyai 12 (dua belas) bulan, mulai dari bulan Muharam – Safar – Rabiul awal – Rabiul tsani – Jumadil awal – Jumadil tsani – Rajab – Sha`ban – Ramadhan(bulan ke 9) – Syawwal – Zulqo`idah – Zulhijah. Bulan yang kesembilan (Ramadhan) adalah bulan yang sangat utama, bulan penghulu segala bulan, Hadis nabi “Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang utama adalah hari Jumat. Selanjutnya nabi bersabda” Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), dan dia kabulkan do`a, pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (Riwayat Ath-Thabrani)
Diantara keutamaan bulan Ramadhan adalah :
1. Bulan Tarbiyah untuk mencapai taqwa
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (Alquran- surat Al Baqarah ayat 183)
2. Bulan diturunkannya Alqur`an
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)……(Alqur`an – surat Al Baqarah ayat 185)
3. Bulan ampunan dosa
Barang siapa yang melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni. (Muttafaqun `alaih)
4. Bulan dilipat gandakannya amal sholeh
Khutbah Rasululah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban padabulan itu,nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (Hadis- riwayat Bukhori-Muslim).
5. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar, sabar itu balasannya syurga.
6. Bulan Ramadhan bulan ditambahkannya rizqi orang mukmin
Barangsiapa yang memberikan untuk berbuka kepada seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia mendapat pahala sebesar pahala yang didapat orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut.
7. Bulan Ramadhan awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan ahirnya pembebasan dari neraka.
“Apabila masuk bulan Ramadhan dibuka pintu rahmat (kasih sayang) dan ditutup pintu jahanam dan setan-setan dibelenggu (Hadis riwayat Ahmad),
Oleh karena itu mari kita mendirikan bulan Ramadhan dengan segala amaliah penuh keimanan dan ikhlas mencari ridho Allah. Jangan kita lewatkan momentum bulan yang kesembilan ini yang penuh rahmat, berkah, pahala dan ampunan.

By maslakhudin Dikirimkan di Artikel

Tinggalkan komentar