Curahan Hati Sang Pengagum Almarhum Habib Munzir Almusawa

Mengutip sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau : مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628). Maka marilah kita berkumpul dengan orang-orang alim dan berilmu agama, sehingga kita semua akan mendapatkan kebaikan. (Berikut adalah artikel yang ditulis oleh Syekh Khalil, seorang warga negara AS yang masuk Islam, ta’lim di pesantren pimpinan Habib Umar bin Hafidz di Hadramaut, Tarim, pernah hadir 2 x ke Indonesia dan mengikuti perjalanan dakwah Majelis Rasulullah. Meski baru memeluk agama Islam dan menemui banyak rintangan dalam mendalami agama barunya, dan hanya beberapa kali bertemu dengan zlmarhum, ia begitu mengagumi dan banyak mendapatkan tauladan dari almarhum Habib Munzir bin Fuad Almusawa.) Bismillahir Rahmanir Rahim, Image”​Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan dari segala ciptaan. Segala puji dan barokah bagi Guru dan Rasul kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. ​Saya masih ingat pertama kali saya melihat Habib Munzir al-Musawa. Saat itu sekitar 3 tahun yang lalu. Saya baru saja belajar tentang habaib dari seorang teman, dan menghabiskan waktu saya mencari gambar-gambar Habib Umar dan Habib Kadhim di internet. Saya ingat saat itulah pertama saya melihat foto Habib Munzir. Senyumnya berseri-seri, sambil memegang tasbih. Dia segera memukau saya sebagai seseorang yang memiliki keindahan dan cinta yang besar. Hatiku sangat ingin bertemu dengannya suatu hari nanti. ​Pada bulan Desember 2012, Habib Umar mengundang saya untuk turut dengannya ke Indonesia. Sebagai orang Amerika, saya sedang mengalami masa-masa sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan baru saya di Tarim dan saya fikir Habib (Umar) ingin agar saya melihat lebih banyak lagi ummat dan menghabiskan waktu bersamanya. Saya begitu bersemangat bisa melihat Indonesia dan Jakarta. Saya bertanya-tanya dalam hati jika saja saya dapat bertemu Habib Munzir. Perjalanan ke Indonesia akan menjadi sebuah pengalaman hidup yang berbeda. ​Pada hari kedua saya di Indonesia, saya bangun untuk sholat Subuh di rumah Sayyid Mohsin al-Hamid. Setelah sholat Subuh, beberapa orang berkumpul disana, diantara mereka adalah Habib Munzir bin Fuad al-Musawa. Jantung saya berdegup kencang karena kegembiraan melihatnya. Saya berlari menghampirinya dan mengucapkan salam dan mengatakan kepadanya betapa gembiranya saya karena akhirnya dapat bertemu beliau. Ia tersenyum lebar dan saat saya membungkuk maju untuk mencium tangannya, ia mengagetkan saya dengan menarik tangan saya dan menciumnya terlebih dahulu. Saya masih ingat harum attar yang dikenakannya yang begitu wangi. Saya tahu bahwa ia seorang yang istimewa, namun pada saat itu saya tidak tahu seberapa istimewanya beliau…. ​Minggu itu adalah bulan maulid Rasulullah SAW, dan saya begitu terkejut dan kagum melihat lebih dari 100,000-200,000 orang berkumpul demi Rasul kita tercinta Nabi Muhammad SAW. Sementara di tempat kelahiran saya di Amerika, jika berhasil mengumpulkan 50-100 orang saja sudah dianggap maulid besar. Mata saya terbelalak kaget dan jantung saya berdegup kencang. Saat saya duduk di panggung dengan para shuyukh dan habaib, merasa terasing dan sangat canggung, teman saya menghampiri saya dan berkata “Habib ingin kamu berpidato.” Saya bertanya habib yang mana, dia menjawab “dua-duanya.” Saya kira mereka bermaksud pidato akhir minggu nanti mungkin setelah sholat jummah, jadi sambil lalu saya bertanya “buat kapan?” Diluar dugaan dan membuat saya sangat kaget dan ketakutan saat itu adalah jawaban teman saya Khalid, “Sekarang, jadi kamu sebaiknya cepat-cepat memikirkan sesuatu untuk dibicarakan, kamu berdiri 5 menit lagi.” Saya sangat gugup dan panik, saya berucap “Apakah kamu yakin!?” dia kemudian memberi isyarat dengan mengarahkan kepalanya ke barisan depan. Saya membungkuk dan melihat ke barisan depan dan Habib Umar dan Habib Munzir dengan senyuman lebar menghiasi wajah mereka, menganggukkan kepalanya kepada saya. Saat itu saya rasa saya akan jatuh pingsan. ​Saat tiba waktunya saya berdiri dan berpidato, Habib Munzir memperkenalkan saya sebagai Shaykh Khalil dari Amerika. Saya langsung berfikir “Oh tidak, dia fikir saya orang yang mengerti ilmu agama!” Saya sangat malu. Melihat begitu besarnya jumlah orang yang hadir, dan mereka mengira kalau saya seorang shaykh. Saya hanyalah murid yang baru belajar ilmu agama. Di negara asal saya, saya hanyalah seorang guru sekolah untuk mata pelajaran Sejarah Amerika dan Dunia, sama sekali bukan seseorang yang patut diberi gelar shaykh. Berbicara di hadapan 20 murid berbeda dengan berbicara di hadapan lebih dari 100,000+ orang! Ini adalah sebuah tantangan yang sangat besar, saya berfikir dalam hati… Saya melihat wajah saya di layar monitor besar dan juga wajah-wajah Habib Umar dan Habib Munzir, tersenyum layaknya para ayahanda yang bangga. Saya merasa tenang sejenak, tapi kemudian saya mulai tergagap dan kehilangan kata-kata, saat mencoba menggambarkan apa yang saya rasakan, sensasi yang luar biasa dapat berada di pertemuan besar yang agung dan berkah itu. Saya ingat saat itu saya berucap bahwa Habib Umar, Habib Ali al-Jifri, dan Habib Kadhim as-Saggaf semuanya telah berkunjung ke Amerika dan Kanada dan saya mengatakan “InshAllah, Anda Habib Munzir, juga akan berkunjung berikutnya.” Reaksi dari lebih dari 100,000 orang yang bersuka cita dengan ajakan saya kepada Habib Munzir untuk berkunjung dan melakukan dakwah di Amerika membuat saya tersenyum kagum karena saya menyaksikan betapa besarnya kecintaan mereka terhadap Habib Munzir. Saya ingat wajah Habib Umar saat itu. Saya juga ingat wajah Habib Munzir. Bagaimana bisa saya melupakan wajah yang sangat mulia itu. ​Kemudian, dalam minggu itu setelah ?Habib Umar pulang, saya masih punya sisa tiga hari tinggal di Jakarta. Saya sangat bersemangat untuk berbicara dengan Habib Munzir di kantornya. Dia berujar betapa bahagianya dia dengan kedatangan saya dan ingin saya tinggal selama 6 bulan dan belajar di Majelis Rasulullah. Beliau akan menelfon Habib Umar di Tarim untuk meminta izin. Saat Habib Umar terdengar menjawab telfon, Habib Munzir langsung menggeser kursinya, jatuh berlutut dengan kedua tangannya terangkat ke atas dan berkata “Ya Mawlana, bagaimana saya dapat melayani tuan.” Saya terkesima dengan intensitas budi pekerti dan adab dari Habib Munzir. Dia menyebut Habib Umar sebagai ‘Mawlana, yaitu tuan, atau yang mulia. Dia menelfon untuk meminta izin namun yang pertama dia ucapkan adalah bagaimana ia dapat melayani Habib Umar. Saya tidak akan pernah lupa momen itu selama hidup saya. Saya tidak pernah melihat cinta dan bakti yang begitu dalam. Itulah Habib Munzir. Seorang yang memiliki cinta dan pengabdian yang murni. ​Habib Umar mengatakan saya boleh saja tinggal namun saya akan ketinggalan pelajaran bahasa Arab di Darul Mustafa. Habib Munzir langsung berujar jika saya tidak boleh melewatkan pelajaran bahasa Arab dan meminta izin apakah saya boleh kembali lagi di bulan Januari untuk acara mawlid an-nabi. Izin diberikan dan saya akan kembali ke Tarim untuk sekitar sepuluh hari sebelum kembali lagi ke Jakarta. Hari-hari tersebut di Tarim terasa begitu lama karena saya rindu untuk kembali ke Jakarta dan bertemu lagi dengan Habib Munzir, Habib Muhammad al-Junayd dan seluruh keluarga dan team MR yang saya temui di Jakarta. ​Kembali ke Jakarta selama 5 minggu semakin meningkatkan cinta saya terhadap Habib Munzir. Meski saya tidak melihatnya setiap hari, saya merasakan kehadirannya kemanapun saya pergi. Saya melihat banyak billboard dan umbul-umbul Majelis Rasulullah, saya melihat wajah beliau dimanapun saya berada. Saat saya bepergian, saya melihat wajahnya dalam hati dan fikiran saya. Ia selalu bersama saya kemanapun saya pergi. Saat saya bersamanya, beliau selalu meminta saya untuk duduk di sebelahnya. Saya sangat malu. Inilah saya, seorang Amerika yang masuk Islam, 32 tahun, bukan orang alim, bukan seorang shaykh, namun Habib Munzir memaksa saya untuk duduk disampingnya, dan juga untuk berbicara di maulid. Saya masih ingat saat saya melepaskan imamah (sorban) saya suatu hari dan Habib Munzir bertanya mengapa saya melakukannya, dan saya sampaikan padanya jika saya merasa tidak pantas dan tidak berhak mengenakannya, karena bukanlah seorang shaykh dan hanyalah seorang murid yang baru belajar. Beliau berkata bahwa saya harus mengenakannya, itu adalah sunnah dan saat orang Indonesia melihat seorang warga negara asing, apalagi orang Amerika, mengenakan imamah, itu akan mengingatkan orang untuk beribadah seperti halnya Nabi Muhammad SAW dan untuk mengikuti cara hidupnya, dan bukannya mengikuti cara duniawi. Saya kemudian mengenakannya kembali selama perjalanan saya disana, dan melakukannya dengan kebanggaan telah mengikuti sunnah Rasul SAW tercinta dan saya bepergian ke pulau Sulawesi dengan Habib Muhammad al-Junayd dan Sayyid Hilmi al-Kaf untuk berdakwah. Saya merindukan Habib Munzir dan ingin kembali ke Jakarta, namun beliau menginginkan agar saya bertemu dengan masyarakat disana mengajak mereka kembali ke Islam. Perjalanan dakwah tersebut unik dan mengesankan dalam segala hal. ​Akhirnya, saat tiba waktunya saya harus kembali ke Tarim, saya bertemu lagi dengan beliau di kantornya. Saya masih ingat kesedihan yang terlihat di wajahnya. Inilah seorang lelaki, cucu keturunan langsung dari Rasulullah SAW, yang memikul tidak hanya Jakarta, namun beban seluruh Indonesia di pundaknya. Meski begitu banyak organisasi Islam dan habaib di Indonesia, tidak ada satupun yang memiliki dampak dan pengaruh yang begitu besar seperti Habib Munzir, terutama bagi kalangan anak muda. Terlihat dengan begitu banyaknya anak muda, pria dan wanita, anak-anak laki dan perempuan berkumpul dibawah kibaran bendera Majelis Rasulullah, dengan senyuman dan cinta di wajah mereka. Para pemuda yang dulunya frustasi dan tidak sadar kini kembali memanggil nama Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Kemanapun Habib Munzir pergi, terdapat senyuman dan kebahagiaan di sana. Itulah yang selalu dibawa Habib Munzir bersamanya: senyuman dan cinta. ​Mengucapkan selamat tinggal adalah hal yang sangat sulit bagi saya. Saya ingat bagaimana beliau selalu berusaha mencium tangan saya saat saya mencium tangannya kapanpun kami bertemu. Saya ingat pelukannya. saya ingat kapanpun saya berbicara, beliau selalu memandang saya dengan kebahagiaan, pandangan seorang ayah yang bangga akan puteranya. Saya memperhatikan bagaimana perilakunya terhadap orang lain. Sangat lembut, sangat penuh perhatian. Pelukan terakhir itu lebih lama dan kuat. Saya ingat bahwa mata kami berdua berkaca-kaca, saya ingat tidak ingin melepaskan pelukan beliau. Saya memandang Habib Munzir dengan penuh cinta dan kekaguman. Meski beliau hanya 8 tahun lebih tua dari saya, saya melihatnya sebagai figur seorang ayah. Begitulah pembawaan diri beliau, jauh lebih tua, dengan segala kebijakan dan kecerdasannya. ​Pengabdian umat terhadapnya sangatlah erat dan pribadi. Kemanapun Habib pergi, orang-orang menghargai dan menghormati beliau. Cara ia mengajak dan membawa emosi umat yang hadir, kekuatan doanya saat mereka menyerukan nama Allah. Saya belum pernah merasakan kekuatan yang begitu positif dan mengagumkan. Itu semua memberikan harapan bagi ummat. Figur seperti Habib Munzir adalah figur yang didambakan Ummat. Penduduk Indonesia memiliki ikatan unik dan pribadi pada Habaib. Mereka mencintai habaib dengan cara tersendiri yang tidak dilakukan orang lain dimanapun di dunia, namun Habib Munzir adalah Habib mereka. Putera bangsa mereka, yang menghidupkan kembali Islam di Indonesia. Berada diantara mereka, saya merasakan pengabdian itu terhadap beliau. Dalam waktu yang begitu singkat itulah, cinta saya terhadap Habib Munzir sudah sebesar ummatnya di Jakarta dan Indonesia. Saya merasa seolah-olah beliau adalah “Habib saya”. ​Kembali ke Tarim saya merasa seakan tersesat dan kehilangan. Saya telah menghabiskan tahun pertama tanpa mengikuti kelas bahasa Arab karena tingkat pengetahuan bahasa Arab saya masih terlalu rendah untuk bisa mengikuti sebuah kelas. Saya memiliki seorang pembimbing yang mempersiapkan saya untuk tahun ajaran berikutnya. namun saya tidak memiliki semangat, tidak memiliki ambisi. Saya merasa begitu kehilangan dan putus asa. Tahun ajaran baru telah dimulai beberapa minggu yang lalu, dan saya merasa terkucilkan. Semangat saya yang asalnya sudah sangat kecil menjadi tidak ada sama sekali. Saya telah menyerah dan tidak ada harapan untuk belajar. Aspirasi spiritual saya telah hilang. Namun, saya selalu mengingat Habib Munzir dalam setiap doa-doa saya. Setiap malam sebelum saya pergi tidur, saya berdoa untuk Habib Munzir, untuk kesuksesan dan agar segera sembuh dari sakitnya. ​Saat saya diberi tahu bahwa Habib Munzir meninggal, saya tidak mau percaya akan hal itu, sama seperti Hazrat Umar (RA) saat mendengar berita meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Saya segera mengirim pesan sms pada keluarga Habib Munzir, yaitu kakaknya Habib Ramzy dan iparnya Anwar, dan mereka langsung menelfon balik. Saat saya mendengar mereka menangis di telfon, saya baru percaya bahwa itu benar adanya. Hati saya seakan hancur berkeping-keping. Dunia seakan runtuh di sekitar saya. Perasaan yang sama saat saya mendengar ayah saya meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu saat saya berusia 17 tahun. Saya berlari keluar pesantren Dar al mustafa dan jatuh terduduk menghadap dinding sambil menangis sejadi-jadinya. Saya tidak tahu apa yang difikirkan atau dirasakan. Habib Munzir telah tiada. ​Semakin larut hari itu, ?tangisan saya semakin tak terbendung dan saya merasa begitu kehilangan. Saya tidak dapat masuk ke kelas, saya tidak dapat makan atau minum. Saya menangis dalam sholat. Saya tidak dapat melalui semenitpun tanpa merasakan kehilangan beliau yang menguasai hati dan fikiran saya. Para sahabat di pesantren berusaha menenangkan saya namun tidak ada yang dapat menghentikan airmata dan kepedihan ini. ​Saya menulis artikel ini sehari setelah Habib Munzir (RA) meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Allah SWT. Seperti yang telah saya ungkapkan sebelumnya, hanya beberapa minggu yang lalu tahun ajaran baru telah dimulai dan saya merasa kosong dengan tanpa ambisi untuk belajar atau menimba ilmu. Namun saya menulis surat hari ini dengan semangat baru untuk belajar. Ini karena meninggalnya Habib Munzir yang membuat himma (aspirasi spiritual) saya kembali pada saya, semangat dan ambisi saya telah kembali. Dan saya yakin Habib Munzir tengah mengawasi saya dan saya ingin membuatnya bahagia. Saya berniat pada waktu dekat nanti dapat memenuhi harapannya agar saya belajar di Majelis Rasulullah. ​?Habib Munzir adalah saudara saya dalam Islam, dan sesama murid dari Habib Umar. Beliau adalah shaykh saya, dan dia adalah sahabat saya. Saat tengah menghadapi berita sedih kematian beliau kemarin, seorang teman saya menyampaikan kepada saya sebuah hadist yang diriwayatkan oleh ibu kita Aisyah (RA) mengenai jiwa tertentu yang terhubung erat sebelum penciptaan. Aku merasakan kenyamanan besar dalam mempelajari hadits ini. Meski saya tinggal di Jakarta hanya selama enam minggu, saya merasa seakan-akan saya telah dibesarkan dibawah tatapan penuh kasih Habib Munzir. ​Habib Munzir memiliki senyum yang lembut dan berseri-seri, seakan menerangi ruangan manapun yang ia masuki. Suaranya yang berat dan berwibawa begitu kuat dan siapapun yang mendengarnya berbicara atau melantunkan du’a seakan terpikat olehnya. Beliau selalu berlemah lembut dan baik hati pada orang lain. Dan segala hal yang berhubungan dengan kakek buyutnya Rasulullah SAW, ia tidak pernah ragu-ragu untuk menyampaikan pesan dan hadits beliau. Segala hal yang dilakukan Habib Munzir adalah semata bagi Allah dan Rasul Nya SAW dan para shaykh kita. Di setiap Maulidnya, Habib Munzir selalu fokus dan begitu mudah terharu. Ia merasakan dan melihat Rasulullah SAW di setiap maulid. Penduduk Jakarta mencintainya. Mereka mengaguminya, mereka rela mati untuknya. Saya pun merasakan kekaguman luar biasa dan kecintaan mendalam terhadap beliau, dan saya siap mati tanpa ragu-ragu untuknya. Ingatan saya selalu kembali pada pikiran bagaimana jika saya telah belajar di sana selama enam bulan dan bukannya kembali ke Tarim. Namun Allah adalah Maha Penentu dan sebaik-baiknya perencana. ​Kita semua telah banyak membaca kisah tentang orang-orang yang menghabiskan hanya sedikit waktu dengan seorang shaykh, namun hati mereka terbuka dan mereka merasakan perubahan dalam dirinya. Saya selalu menganggap kisah-kisah semacam itu hal yang mustahil di zaman sekarang ini. Hingga akhirnya saya bertemu dengan Habib Munzir al-Musawa barulah saya menyadari betapa momen seperti itu benar-benar ada dan terjadi. Hanya sesaat, cukup sebentar saja, tatapan dari salah seorang awliya dapat merubah segalanya. Tatapan ini dapat terjadi dalam kehidupan mereka, ataupun di kehidupan akhirat kelak. Saya merasakan tatapan Habib Munzir kepada saya dan saya merasakannya sekarang dan semakin dalam dan sering justru setelah beliau meninggal. ​Saya tidak pernah berfikir bahwa saya dapat mengagumi dan mencintai seseorang seperti saya mencintai Habib Umar bin Hafiz. Saya memandang Habib Umar sebagai ayah yang mengadopsi saya. Di saat saya memandang Habib Umar, saya merasa seperti Hazrat Zayd (RA). Saya tidak pernah berfikir kalau seseorang bisa memiliki pengaruh yang sebegitu besar dalam hidup saya seperti pengaruh Habib Umar. Namun saat bertemu dengan Habib Munzir, seluruh dunia saya berubah. Tidak ada seorangpun yang memiliki cinta dan pengabdian terhadap shaykh mereka seperti yang ditunjukkan Habib Munzir kepada Habib Umar. Saya belum pernah melihat kepercayaan dan kepatuhan seperti itu. Seakan-akan saya melihat kisah Rumi dan Shams, mungkin begitulah gambaran kekuatan dan cinta antara sang Guru Mulia Habib Umar dan muridnya Habib Munzir. Terdapat ikatan khusus yang tidak bisa dimengerti oleh siapapun. Tidak perlu dipertanyakan lagi, Habib Munzir adalah salah satu yang paling dicintai oleh Habib Umar, dan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. ​Sejak beliau meninggal, begitu banyak yang datang menghampiri saya bertanya tentang Habib Munzir. Seperti apa orangnya, kisah-kisah tentangnya, dan berbagai kenangan lainnya. Baru sehari beliau meninggalkan kita, namun rasanya sudah bertahun-tahun lamanya. Saya merasa beruntung dan diberkati telah mengenalnya. Meski hanya dalam waktu yang singkat saya bersama beliau, saya merasa jauh lebih terhubung dengannya dibandingkan yang lain. Saya mengatakan ini semua tanpa keangkuhan dan kesombongan. Allah SWT memberkahi saya sehingga dapat bertemu dengan Habib Munzir. Saya tahu bahwa jiwa saya terhubung dengannya. Itulah hadiah paling mulia yang pernah saya terima dalam hidup saya. Habib Umar dan Habib Munzir sama-sama mulia bagi saya, dan suatu saat nanti saya berharap dapat berjalan dalam bayangan mereka. InshAllah Rahman. ​Meninggalnya Habib telah menyelamatkan tidak hanya iman dan kepercayaan saya terhadap Allah dan Islam, ia telah menyelamatkan hidup saya. Saya berdoa semoga Habib Munzir mendapatkan surga firdaus dan dekat dengan kakeknya Rasulullah SAW. Saya berdoa bagi kita semua yang berkabung atas meninggalnya seseorang yang begitu kita cintai dan sayangi. Saya berdoa bagi anak-anak almarhum yang merupakan perwujudan dari kesejukan pandangan ayah dan ibunya. Saya berdoa semoga keluarganya dan mereka yang mencintainya meneruskan warisan, cita-cita dan perjuangan beliau. Saya berharap dan berdoa. ​Saya berdoa semoga saya diberikan tawwasul Habib Munzir di yaumil qiyamat nanti. Saya berdoa dan berharap, agar diberikan niat dan iman yang kuat. Karena Anda, Ya Mawlana, Saya berdoa dan berharap…. ” ~ Syekh Khalil, Tarim

Tausiyah Alhabib Jindan bin Nouvel bin Jindan Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 31, Allah SWT adalah Al Khalik (Sang Pencipta)

Assalamualaikum,wr,wb, Di dalam kitab risalatul jamiah wa tatqiratun nafiah yang disusun oleh Al Arif Billah Al Alamah Al Imam Al Habib Ahmad Bin Zein Bin Aluwih Al Habsy, Beliau disini berbicara tentang permasalahan Tauhid,bahwasanya Allah SWT adalah Al Khalik (Sang Pencipta). Dan Allah SWT mencipatakan segala sesuatu yang ada di langit dan ada di bumi. Allah Ta’ala menciptakan langit.. Allah Ta’ala menciptakan bumi.. Allah Ta’ala meciptakan kematian..Allah Ta’ala menciptakan kehidupan.. Allah Ta’ala menciptakan ketaatan dan menciptakan kemaksiatan. Disebutkan dalam riwayat bahwasanya Allah SWT ketika menciptakan Nabi Adam,dan Allah meletakkan keturunan-2 Nabi Adam.. Seluruhnya itu dibentangkan dari umat Manusia yang kelak akan lahir di muka bumi. Ketika malaikat melihat betapa banyaknya jumlah mahluk2 tersebut Nabi Adam,maka Malaikat pun berkata “Ya Rabb,Dunia Tidak Akan Cukup Untuk Mereka Semua”..Allah Berfirman “Sesungguhnya AKU Juga Menciptakan Kematian,Sehingga Mereka AKU Matikan Silih Berganti” Jadi dunia cukup untuk mereka. Kalau sekaligus Bumi tidak akan cukup untuk mereka, lantas Malaikat berkata “Kalau Begitu Mereka Tidak Akan Menikmati Kehidupan?” Maka Allah Ta’ala Mengatakan “AKU Menciptakan Rencana,Cita-2 Sehingga Dengan Cita-2 Tersebut Mereka Lupa Dengan Kematian”. Sesungguhnya jika seseorang apabila ia memakamkan saudaranya semua sahabatnya berada di sekitar maka Malaikat akan berkata kepada mereka yang hadir di pemakaman tersebut “Pulanglah Kalian Ke Dunia Kalian Ke Dalam Kesibukan Kalian,Maka Mudah-2’an Allah Ta’ala Membuat Kalian Lupa Kan Mayat Yang Kalian Makamkan”. Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad mengatakan bahwa Malaikat tidak mendoakan hal-2 yang buruk,tetapi mendoakan hal-2 yang baik. Seandainya ingatan akan kematian tersebut terus menghantui manusia..maka kesibukan kehidupan duniawi akan hancur berantakan dan kacau balau. Akan tetapi kadar yang sedikit akan ingatan tentang kematian tersebut bermanfaat bagi manusia itu sendiri. Allah Ta’ala menciptakan kematian dan Allah juga menciptakan kehidupan. Yang mana kehidupan manusia tersebut dikatakan bahwa manusia melalui 5 (lima) fase kehidupan. Dimana fase yang pertama ketika Allah menciptakan Nabi Adam dan meletakkan anak keturunan beliau di dalam Sulbi Nabi Adam anak cucu keturunannnya hingga hari kiamat. Sehingga setiap individu terlahir ke dunia sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Itu adalah kehidupan kita yang pertama,dan kita semua yang ada disini sudah melalui fase kehidupan tersebut. Fase kehidupan kedua adalah ketika dimulainya sesorang terlahir ke muka bumi,keluar dari perut ibunya sampai saat kematian. Dan ketika dia meninggal dunia mulailah fase kehidupan yang ketiga yaitu di Alam Barzah sana. Terus manusia di Alam Barzah tersebut hingga ditiupkannya Sangkakala yang pertama yang mana ketika itu seluruh mahluk yang pindah ke Alam Barzah ataupun yang masih di dunia dimatikan oleh Allah SWT. Ditidaksadarkan sampai tiupan Sangkakala yang kedua, dan itu merupakan fase kehidupan yang keempat. Yaitu yang disebut dengan Padang Mahsyar yang meliputi segala kejadian yang ada di dalamnya seperti Mizan,Shiroot,Telaga Rasulullah SAW..semuanya yang ada disitu sampai masuknya orang Surga ke dalam Surga,masuknya orang Neraka ke dalam Neraka. Dan disitulah masuknya fase kehidupan yang terakhir,yaitu ketika masuknya penghuni Surga ke dalam Surga sampai kekal abadi. Dan penghuni Neraka ke dalam Neraka sesuai perbedaan mereka ada yang abadi dan ada yang sementara. Kemudian dalam kehidupan duniawi,Allah Ta’ala menciptakan kehidupan duniawi ini seperti dikatakan oleh Imam Aj Jauzi bahwa kehidupan manusia di dunia ini ada masa-2 fase-2 ketika dia masih masa kanak-2. Mulai mereka dari lahir hingga dia Baligh,ketika Bulugh masuklah ia fase kedua. Masa muda. Masa itu kira-2 umur 13-35 tahun,itu adalah masa-2 muda masa-2 produktif. Kemudian setelah itu masuk pada kehidupan ketiga,yaitu masa yang sudah lebih matang. Ketika itu ditengah-2 usia atau ditengah-2 umur,sekitar usia 35 sampai lebih kurang 50 tahun. Kemudian setelah itu masuklah ia masa usia yang sudah lanjut, dari usia 50 sampai usia 70 tahun. Yaitu terjadi masa medan kematian yang umunya terjadi pada umur-2 tersebut. Rasulullah SAW mengatakan bahwa umur-2 umat-ku berada diantara umur 60 dan 70 tahun. Kemudian masuk fase yang terakhir,menurut ilmu Ibnu Jauzi yaitu masa usia lanjut tua renta. Itu antara usia 70 tahun sampai akhir dia meninggal wafat. Kemudian Allah Ta’ala menciptakan hal-2 tersebut, menciptakan manusia dari satu tingkat ke tingkat yang lain hingga di wafatkan oleh SWT. Dan Allah Ta’ala menciptakan ketaatan dan kemaksiatan. Salah satu doa dari salah seorang Nabi Allah mengatakan “Tidaklah Taufik-ku Kecuali Dari Allah,Kepada-NYA’lah Aku ber-Tawakkal” At Taufik adalah kekuatan yang diberikan Allah kepada Hamba sehingga Hamba tersebut melalukan ketaatan. Seseorang bisa taat itu dengan izin Allah. Imam Haddad mengatakan dengan Taufik dari Allah Ta’ala orang yang taat bisa menjadi taat. Kebalikan dari Taufik adalah Khuzdlan yaitu Allah Ta’ala menciptakan kekuatan kepada Hamba-NYA untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT. Dan begitu juga kemaksiatan diciptakan oleh Allah Ta’ala di dalah firman Allah “Dan Allah Yang Menciptakan Kalian Dan Amal Perbuatan Kalian” Dengan itu sayyidina Ibrahim berkata “Ketika Aku Sakit,Maka DIA-lah yang menyembuhkan,yang mematikanku kemudian menghidupkanku” Dan Allah Ta’ala dengan izin-NYA menjadikan yang ini bermanfaat yang ini berguna yang ini menyembuhkan. Akan tetapi pada hakikatnya yang menyembuhkan adalah Allah. Allah yang memberikan manfaat dan Allah pula yang memberikan bahaya. Dan segala seuatu yang ada di alam semesta semuan diciptakan oleh Allah SWT yang baik ataupun yang tidak baik. Tidak ada yang terjadi di langit dan di bumi di alam semesta ini terkecuali dengan izin Allah. Di dalam ketentuan dari Allah SWT dan kekuasaan serta kehendak Allah Ta’ala. Allah yang menciptakan seluruh mahluk berikut amalan-2 mereka. Allah SWT telah menentukan Rizqi-2 setiap mahluk. Di dalam Kitab Zubad disebutkan bahwa Rizki itu adalah sesuatu yang membawa manfaat. Itu adalah Rizqi dari Allah SWT, makanan, harta, jabatan, anak termasuk jodoh semua itu adalah Rizqi dari Allah SWT. Termasuk hadir di Majelis adalah Rizqi dari Allah SWT. Karunia dari Allah SWT. Guru kita Al Habib Anish Bin Aluwwy Al Habsyi itu ketika hadir di Majelis seperti ini di Solo, ketika dia merasakan kenikmatan apa yang Beliau dengar maka beliau berkata seperti Ayah dan Kakek beliau katakan “Segala Puji Bagi Allah Yang Telah Memberikanku ‘Makanan’ Ini”. Rizqi Batin karena kehadiran di Majelis ini. Dan Allah Ta’ala akan menjamin Rizqi seluruh mahluk yang ada di muka bumi ini. Tidak ada mahluk satupun di muka bumi ini melainkan Allah Ta’ala telah menjaminnya. Baik itu mahluk yang berjalan dengan 2 kaki,ataupun 4 kaki, 6 kaki, 1000 kaki ataupun yang tanpa kaki.. Semuanya telah dijamin oleh Allah Rizqi-nya. Namun khusus bagi mereka yang gemar hadir dalam majelis ilmu,menimba ilmu diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala memberikan jaminan khusu bagi mereka. Artinya yang lain dijamin dengan Allah satu jaminan,sedangkan yang menuntut ilmu oleh Allah dengan 2 jaminan. Diriwayatkan bahwa seorang sahabat mengeluh kepada Rasulullah di dalam riwayat ini sahabat tersebut memiliki saudara yang gemar hadir di Majelis Ilmu,kemudian dia mengeluh kepada Rasulullah agar menyarankan saudaranya untuk menghabiskan waktunya mencari uang membantunya. Maka Rasulullah berkata “Kamu mendapatkan Rizqi berkat Adikmu yang hadir di Majelis”. Rizqi tersebut telah ditentukan oleh Allah SWT. Telah dikatakan oleh Al Habib Abdullah Bin Alwy Al Haddad “Allah Ta’ala Telah Menentukan Rizqi Seluruh Mahluk Dan Dicantumkan Di Dalam Al-Qur’an Maka Kita Ridho Dengan Rizqi Yang Telah Ditentukan Oleh Allah, Maka Itu Adalah Suatu Kewajiban”. Namun jika kita tidak puas dengan apa yang Allah berikan maka itu adalah termasuk Tamak, Rakus dan Serakah maka kita akan menjadi gila. Jangan terlalu menjadi beban bathin apa yang telah ditentukan oleh Allah. Rizqi yang telah ditentukan oleh Allah untuk orang lain tidak akan sampai ke hadapan kita. Rizqi yang buat kita pasti akan datang walaupun telat, seseorang tidak akan meninggal dunia hingga sebutir nasi yang merupakan Rizqi-nya telah berada di perutnya. Sebelum Rizqi orang itu tuntas maka tidak akan tuntas umurnya. Kalau Rizqi-nya sudah habis, maka habislah umurnya. Tugas kita adalah menjalankan kewajiban kita kepada Allah Ta’ala, dalam beribadah dan bertaqwa. Allah Ta’ala pun telah mentakdirkan amalan manusia,rizqi manusia dan ajal mereka. Dan Allah Ta’ala berfirman “Dan Apabila Telah Datang Ajal Manusia Maka Tidak Dapat Ditunda Atau Dimajukan”. Allah SWT tidak akan menunda ajal seseorang jika telah datang kepadanya. Dan semua itu tidak dapat ditambah dan ataupun dikurangi, rizqi,ajal dan umur kita tidak dapat dikurangi. Semua itu telah ditentukan oleh Allah SWT tatkala kita ada di dalam perut Ibu kita. Sebelum kita dilahirkan dimuka bumi ini, semua itu telah tercatat di Lauful Mahfudz kemudian diberikan catatan kepada Malaikat ketika kita berada di kandungan. Rasulullah SAW bersabda “Seseorang Itu Diawal Penciptaan-nya Di Dalam Perut Ibunya,40 Hari Sebagai Sekumpulan Air Mani. Kemudian Setelah Itu Menjadi Gumpalan Darah, Setelah Itu Menjadi Gumpalan Daging Dan Malaikat Tersebut Diutus Allah Menuliskan 4 Ketentuan. Umurnya Dia,Rezekinya Dia,Amalnya Dia Dan Ajalnya Dia”. Apakah dia orang yang beruntung ataupun sial telah ditentukan oleh Allah SWT. Sesungguhnya di dalam hal yang Ghaib disembunyikan oleh Allah Ta’ala 5 hal, berapa banyak kenikmatan yang dihasilkan dibalik terjadinya suatu musibah. Orang yang terlalu banyak berencana akan kecewa, sebab takdir Allah SWT tidak dapat dibatasi oleh pikiran. Apa yang ada di langit dan di bumi berdasarkan ketentuan Allah maka serahkanlah urusan tersebut pada Qodho dan ketentuan-NYA. Namun takdir tersebut misalkan seseorang melakukan kemaksiatan, mencuri atau bermaksiat kemudian ketika ditanya ia mengatakan bahwa itu adalah Takdir atau ketentuan dari Allah SWT. Maka ucapan orang tersebut lebih parah dan lebih besar dosanya dibandingkan kemaksiatan yang ia perbuat. Sebab hal tersebut menunjukkan bahwa keimanan orang tersebut cacat. Walaupun semuanya telah ditentukan oleh Allah SWT, akan tetapi Allah Ta’ala memberikan pilihan kepada manusia untuk patuh untuk taat dan menjauhi larangan-2 Allah. Sesungguhnya para Ulama Aulia Wali Allah,walaupun mereka mengetahui segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah namun mereka tetap menuntut diri mereka untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan sejauh-2’nya. Namun dalam urusan musibah barulah mereka mengatakan bahwa ini adalah cobaan dari Allah Ta’ala. Imam Ali Bin Abi Tholib mengatakan ketika beliau ditanya mengenai Takdir, maka beliau mengatakan “Hal Itu Adalah Samudera Yang Sangat Dalam,Maka Janganlah Kau Menyelam Ke Dalamnya”. Dan itu adalah jalan yang gelap gulita,maka janganlah kau masuk ke dalamnya. Dan itu merupakan rahasia Allah SWT maka janganlah engkau bongkar.

Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 31

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang mengumpulkan hati dan menyiraminya dengan rahmat dan kasih sayang, yang membuka hati dan mengisinya dengan cahaya iman lalu semakin terang hati tersebut dengan dzikrullah ketika hati itu mengenal Allah dan semakin asyik maka datang ia kepada mihrab dan kemudian menyembah Allah merasakan kelezatan munajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala , ya Hayyu ya Qayyum sirami hati hati kami di majelis malam hari ini dengan rahmatMu amin ya robbal ‘alamin. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, telah kita baca tadi sabda sayyidina Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam, hadits yang berkenaan dengan malam – malam mulia dan bulan mulia yang mendatangi kita, bulan dzulhijjah dan awwal sepuluh malam pertama dibulan dzulhijah, kemuliaannya disabdakan oleh Rasul dan diberitahukan kepada kita dimalam hari ini dalam majelis yang mulia ini, agar bisa membangkitkan kita punya sanubari untuk semangat beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, disebutkan dalam hadits tersebut bahwa tidak ada hari hari yang lebih Allah mencintai amal sholeh dilakukan pada hari hari tersebut melebihi hari hari ini yaitu hari awal sepuluh di bulan dzulhijjah dan kita telah memasukinya, Hari awal sepuluh bulan dzulhijjah inipun terjadi berpapasan dengan peristiwa Nabiallah Musa as. Dizaman beliau, menunjukan lebih dari kemuliaannya daripada bulan bulan yang lain dan hari hari yang lain, didalam al-quran Allah berfirman mengenai peristiwa tersebut……. “dan telah Kami janjikan Nabiallah Musa 30 malam,…..” ini peristiwa sebelum Nabiallah Musa AS bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala dan Allah ta’ala telah memberikanwahyu wahyu yang telah dijanjikanNya, sebelum bertemu dan berbicara dengan Allah , Nabiallah musa diperintahkan Allah sebagaimana disebutkan didalam tafsir Imam Baghawi,Allah perintahkan beliau untuk berpuasa sebelum bertemu dengan Allah, maka berpuasalah Nabiallah Musa 30 hari dan itu terjadi pada bulan dzulqo’dah yang telah kita lewati, selesai bulan Dzulqo’dah 30 hari beliau berpuasa, lalu beliau merasakan bau mulut yang keluar dari mulut beliau karena berpuasa 30 hari lamanya kurang enak dicium baunya lalu beliau bersiwak, maka Malaikatpun protes atas perbuatan Nabiallah Musa ketika menghilangkan bau yang dicintai oleh merka, karena bau yang dikeluarkan dari mulut orang yang berpuasa itu dicintai para malaikat bahkan dicintai Allah subhanahu wata’ala karena lebih harum daripada bau minyak misk, maka ketika Nabiallah Musa berpuasa 30 hari dan menghilangkan bau tersebut maka para Malaikat bertanya mengapa engkau hilangkan bau itu?bau yang sangat wangi bagi kami, maka Allah ta’ala pun menyuruh Nabiallah Musa menambahkan puasa sepuluh hari setelah 30 hari selesai karena perbuatannya berusaha menghilangkan bau mulut yang disebabkan berpuasa dengan siwak, maka ditambahlah 10 hari, “maka sempurnalah perjalanannya 40 hari”, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, sepuluh hari puasa tambahan yang dilakukan oleh Nabi Musa AS ini terjadi pada sepuluh awal bulan dzulhijjah yang kita alami ini pada zaman beliau, Apa yang dapat kita ambil dari peristiwa Nabi Musa ketika menghilangkan bau mulut dengan siwak setelah 30 hari berpuasa, ini mengajarkan bahwa ibadah itu kita kerjakan bukan dengan semaunya kita, hadirin hadirat sekalian kita semua tau bahwa siwak memiliki fadhilah besar disisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan Rasul menyebutkan didalam hadits “ dua rakaat dengan siwak lebih baik drpd 70 rokaat tanpa siwak” dalam riwayat lain ,”shalat dengan siwak lebih baik daripada 70 sholat tanpa siwak “. Fadhilah siwak akan menganggkat pahala sholat yang kita kerjakan, satu banding 70, ketika diperintahkan oleh Allah dan Rasul maka jadi ibadah yang dicintai Allah siwak ini, tapi tiba tiba ketika perbuatannya dikerjakan ditempat yang tidak disukai Allah dan Rasul maka terbalik, sesuatu yang sama bendanya siwak yang tadinya mendatangkan keridhoan Allah tiba tiba Allah tidak suka kalau dilakukan bukan pada tempatnya, artinya ikuti ibadah sesuai perintah Allah dan RasulNya bukan dengan hawa nafsu dan kehendak kita, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, begitu pula seluruh ibadah, coba bayangkan jika seseorang ingin melakukan sholat lima waktu sebelum waktunya, kira kira sah atau tidak sholatnya? Tentu tidak sah, sholat dzhuhur jam 11, belum waktunya Allah belum perintahkan padahal sholat bagus, 4 rakaat dikerjakan sesuai dengan rukun dan syaratnya tapi ketika belum datang perintahnya maka sholat inipun bukannya mendatangkan keridhoanNya akan tetapi sebaliknya, begitu pula siwak, maka ibadahpun ternyata jika hanya mengikuti hawa nafsu dan mengikuti keinginan nafsunya jauh dari perintah Allah subhanahu wa ta’ala tidak mendatangkan keberkahan dari Allah dunia akherat. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, ketika Rasul sabdakan dalam hadits ini, ini hari awal sepluh bulan dzulhijjah memiliki fadhilah besar, amal sholeh yang dikerjakan tidak sebanding dengan amal sholeh lainnya, sahabat dalam pandangan mereka bahwa amal sholeh yang paling besar perjuangannya adalah jihad, maka mereka bertanya kepada Rasulullah, ya Rasulullah jihad itu apakah tidak bisa menandingi amal sholeh yang dikerjakan pada bulan ini?( Rasul menjawab) “ begitupun jihad di jalan Allah tidak dapat menandingi pahala amal sholeh yang dikerjakan seseorang pada awal bulan ini, kecuali jika ada seseorang yang keluar dijalan Allah membawa hartanya keluar dengan dirinya hadir dalam peperangan,kemudian terbunuh di medan perang,” itu baru amal sholeh yang bisa menandingi amal sholeh yang lain di bulan dzulhijjah. Di dalam riwayat ibn ‘uwanah dari sayyidina Abdullah ibn Umar RA menambahkan hadits ini,( walaupun dalam riwayat dh’if namun dalam kidah ilmu hadits dapat digunakan dlm amal fadhilah) “ perbanyak didalam hari hari tersebut takbir dan tahlil” untuk itu disunahkan jika kita melihat hewan hewan ternak sapi ataupun kambing pada hari hari ini disunahkan bagi kita bertakbir, dimanapun kita melihatnya dijalan ataupun ditempat yang lain maka kita bertakbir karena disitu ada sunah Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, lalu puasa pun disunnahkan dalam tabahan hadits ini, puasa pada awal bulan dzulhijjah ingga tanggal 8 dzulhijjah yang disebut dengan hari tarwiyah disebutkan fadhilahnya puasa sehari bagaikan berpuasa setahun, kita jika ingin berpuasa setahun penuh tidak akan bisa dikarenakan ada hari hari yang diharamkan berpuasa oleh Allah seperti idul fitri dan idul adha serta hari hari tasyrik, tapi bagi yang berpuasa pada hari hari ini sama dengan berpuasa satu tahun itu adalah keberkahan bagi umat Sayyidina Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam, maka hari hari ini menggambarkan bahwa hari ini besar dan memiliki fadhilah disis Allah subhanahu wa ta’ala dan jangan kita memandang hari ini sama dengan hari hari sebelum datangnya bula dzulhijjah, bangkitkan dibulan bulan ini , dirumah rumah kita dijalan jalan kita sunnah Sayyidina Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam ta’zhim terhadap syiar syiar Allah sehingga terasa bahwa hari ini lain dengan hari hari lainnya dan begitulah tuntunan iman yang diinginkan oleh Rasul kepada umat Beliau salallahu ‘alaihi wa sallam.

Abu Hurairoh

Al Habib Munzir Al Musawa : ketika Abu Hurairah ra wa ardhoh, sudah lama tidak makan dan lapar, mencari kepada Abu Bakar As-Sidiq ra, bertamu tidak mendapatkan apa-apa, datang kepada Umar ra, belum dapat jawaban apa-apa dan belum dapat makanan, Rasul jumpa dengannya, Rasul melihat wajah Abu Hurairah, senyum, tahu, lapar engkau ini wahai Abu Hurairah, Rasul memanggilnya dengan ucapan yang akrab, yaitu ya Abahir, disingkat oleh Rasul, jadi Rasulullah juga suka menyingkat nama, kalau kita misalnya nama Budi, Rasul panggil Bud begitu, dengan ucapan akrab, menunjukkan betapa akrabnya sang Nabi dengan Abu Hurairah, seraya berkata; (tidak mengatakan); ya Abu Hurairah, beliau berkata: ya Abahir, “singkat saja”, ikut denganku, maka Abu Hurairah berkata; aku ikut dengannya, sampai lagi kerumah beliau, memang dari rumah beliau, sampai kerumah beliau diizinkan masuk, Rasul lihat ada satu bejana susu, tanya pada istri beliau; ini dari mana bejana susu? tadi tamu datang bawakan untukmu, Rasul melihat wajah Abu Hurairah ra, wajah orang yang sudah menahan lapar dan melihat bejana susu, Rasul berkata ; ya Abahir, panggilan singkat lagi, kita punya ahlu suffah ada berapa orang disebelah? Sebelah rumah Rasul itu Masjid Nabawi, disitu tinggal ahlu suffah, ahlu suffah itu orang yang tidak punya keluarga, tidak punya kerjaan, tidak punya apa-apa, sebatang kara tinggal masjid, yang menafkahinya Rasul SAW, makan kalau ada makanan, tidak makan kalau tidak ada makanan, dan mereka belajar bersama Rasul, Abu Hurairah menjaga mereka, coba lihat ahlu suffah sudah pada makan belum? Belum ya Rasulullah, panggil kesini! Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits ini berkata dalam hatinya; masya Allah, ahlu suffah bukan satu orang, ini bejana cuma segitu, kira-kira begitu” kalau aku ini lemah, akhirnya nanti aku tidak bisa diperintah oleh Rasul, kalau Rasulullah suruh apa-apa, aku tidak mampu karena aku lemah, karena lapar, meskinya aku dulu minum bejana itu, ini riwayat Shohih Bukhori, Abu Hurairah mengatakan demikian,. maka ia memanggil ahlu suffah, maka Rasul SAW terus memberi tarbiyah kepada Abu Hurairah untuk mendahulukan orang lain, Rasul berkata; ya Abahir (nama ringkas lagi) Abahir, ini bejana bagikan pada mereka! Rasul tidak langsung berikan kepada ahlu suffah, Abu Hurairah yang disuruh bagi, Rasul tahu ini yang paling mau terhadap air susu ini, Rasul bilang; engkau yang bagi, Abu Hurairah bagikan kepada orang pertama, orang pertama minum sampai puas, dikembalikan lagi pada Abu Hurairah, Abu Hurairah berikan pada orang kedua, terus sampai selesai, semua ahlu suffah sudah minum, Abu Hurairah kembalikan kepada Rasul, Rasul pegang bejana, beliau berkata; sekarang tinggal aku dan engkau wahai Abahir, senang lihat akhlak Nabi Muhammad SAW, isyrob ya abahir! sekarang engkau minum! ya Rasulullah, tidak, isyrob ya abahir! minum! Abu Hurairah tahu ini perintah, perintah Rasul kalau tidak dilakukan dosa besar, maka diminumlah, selesai, minum lagi Abu Hurairah ! minum lagi, minum lagi ! hingga ia berkata; cukup ya Rasulullah tidak ada tempat lagi, baru Rasulullah SAW minum, orang yang terakhir minum, dari semua orang yang lapar dan susah, SAW wa barak’alaih, demikian indahnya Nabi kita Muhammad SAW, dan beliau memberi didikan kepada Abu Hurairah, justru disaat kesusahan itu, perhatikan juga orang lain, orang lain dulu sudah selesai, baru orang yang dekat dengan Rasul, baru Rasul SAW, demikian semulia-mulia pemimpin, semulia-mulia panutan sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih wa ‘ala alih. Rasul SAW adalah idola sempurna bagi kita untuk kesejahteraan dimuka bumi, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, bagaimana budi pekerti beliau terhadap orang-orang yang susah, dan bagaimana tarbiyah beliau kepada orang-orang yang dekat dengan beliau, orang yang dekat dengan beliau itu, disertakan dan dirangkul oleh beliau, tapi biasanya paling akhir mendapatkan sesuatu.

Sulthonul Qulub Habib Munzir Al Musawa

Tentang Guru Mulia aL- musnid al- allamah al arif billah al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Syech Abubakar bin Salim Saudaraku yg kumuliakan, banyak orang mask islam walau hanya melihat wajah beliau, wajah penuh keteduhan dan ketenangan itu membuat hati luruh, sebagian mendapat hidayah, sebagian menghormati saja dan kagum,padahal wajah dan pakaian beliau sederhana Guru mulia tanpa syak dan saya sudah menyaksikannya dan terus menyaksikannya, beliau tahu apa yg diperbuat saya walau beliau di Yaman, dan banyak yg merasakan itu, beliau sendiri yg berkata : aku mendengar takbiratul ihram kalian… dimanapun kami berada beliau mendengarnya ketika hamba telat bangun tahajjud beliau meneriaki hamba : wahai munzir…..!, bangun.. sudah waktu qiyamullail…!. saya dimana beliau dimana.. Guru mulia kita punya keahlian bahasa yg dipadu dg kekuatan ruh yg dipadu dg kedalaman syariah yg mendalam, beliau mengucap syair syair dan murid murid ada yg sempat mencatat atau merekamnya, dan dari ribuan syair yg ditulis beliau diantaranya maulid dhiya’ullami. dia penuh dg hampir seluruh sejarah Nabi saw, masa lahir, tanggal lahir, bulan, tahun, jumlah peperangan, perjuangan makkah, perjuangan madinah, usia,jumlah ahlul Badr yg wafat, tahun perang Badr, tanggal, bulan, juga ratusan sejarah lain yg terjadi dimasa nabi saw, hal ini dalam kekeramatan Aulia disebut Warad/semacam ilham tapi dari keahlian manusia yg dipadu Allah makna kecil menjadi diperluas maknanya, ini juga disebut ladunniy. Ketika seorang terpercaya bertanya di madinah, wahai guru mulia, kapan Madinah ini akan membaca maulid besar besaran?, beliau menjawab : aku dan engkau akan masih hidup saat pembacaan maulid agung di masjidinnabawiy dan masjidil Alqsha…! maulid dhiya’ullami kah..? beliau tersenyum dan berlalu… Putra mulia beliau, Alhabib Salim bin Umar bin Hafidh, seraya bercerita panjang pada kami sambil menanti kedatangan Sang Guru Mulia, maka alhabib salim berkata : ayahanda mengunjungi Denmark, kota yang dikenal paling membenci dan menghina Rasulullah saw, namun baru saja beliau keluar dari bandara, sudah disambut dengan pembacaan Maulid nabi saw di bandara, maka Guru Mulia berpaling pada putranya dan berkata: “kau lihat?, pernah kau lihat orang menyambutku di bandara dengan pembacaan maulid?, sungguh diseluruh dunia belum pernah terjadi, tapi terjadi disini, di Denmark, kota yang konon sangat membenci dan Menghina Nabi saw, belum aku sampai di kotanya, baru di bandara justu Lantunan Maulid Nabi saw dikumandangkan, kau lihat bagaimana Allah swt Maha Memberi hidayah walau ditempat yang konon paling menghina Nabi saw?” Di Jerman Guru Mulia menyampaikan tausiah di salah sebuah forum, hadir diantaranya seorang missionaris nasrani yang mencuri dengar, lalu melaporkannya pada pimpinan gereja yaitu gurunya, maka pendeta besar mengundang guru mulia untuk datang ke gereja dan menyampaikan tausiyah, seakan tantangan sekaligus pelecehan, kau yang berbicara kerukunan ummat beragama, apa berani masuk gereja? Ternyata Guru Mulia setuju, datang, dan minta izin shalat di gereja,sudah kita fahami dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram, namun sebagian mengatakan boleh jika diharapkan akan diubah menjadi masjid, Selepas beliau menyampaikan tausiah, maka pimpinan pendeta ditanya : bagaimana pendapatmu terhadap islam?, maka ia menjawab : aku benci islam, namun aku cinta pada orang ini, maka guru mulia menjawab : jika kau mencintaiku akan datang waktunya kau akan mencintai islam… Lalu guru mulia ditegur, bagaimana melakukan shalat di gereja?, beliau menjawab : aku melakukannya karena aku tahu tempat ini akan menjadi masjid kelak.. Lalu kami bertanya, apa yang membuat guru mulia masih didalam bandara?, beliau ditahan dan dipersulitkah?, lalu putra mulia menjawab : ayahanda asyik dengan mereka, mereka tidak tahu islam dan mau minta kejelasan, justru ayahanda senang dan duduk dengan mereka member tausiyah dan penjelasan pada staf imigrasi change airport tentang indahnya islam, mereka yang awalnya curiga dan ingin interogasi, justru menjadi pendengar setia dan terlalu asyik duduk mendengar penyampaian lemah lembut beliau hingga menghabiskan waktu 90 menit..! Dan diantara pesan guru mulia kita Al Habib Umar bin Hafidh kepada kita adalah :“Dunia internet penuh dengan kebutuhan para pembenah dan orang orang yang mau berkhidmat menebarkan dakwah lewat internet, karena medan dakwah kita di internet masih sangat sempit dibandingkan kekuatan kedhaliman yang terus mengelabui ummat dengan kejahilan dan kemungkaran..,sungguh usaha itu sangat menggembirakanku..” #Wahai_Allah.. barat dan timur haus dengan para penyeru yang lemah lembut penyambung kasih sayang Mu, mengenalkan kami pada kasih sayang Mu, kelembutan Mu, dan keindahan Mu, juga kelembutan Nabi kami, idola kami, Sayyidina Muhammad saw, Sungguh anugerah agung Mu dengan menghadiahkan kami seorang pembimbing keluhuran, penerus dakwah nabi Mu,panjangkan usia guru mulia kami, beri kemudahan atas perjuangannya, limpahi kasih sayang Mu seluas luasnya pada beliau, dan ikut sertakan kami, para pendosa yang mencintai beliau,dunia dan akhirat jangan pisahkan kami dari beliau, dan bersama beliau, berjuang bersama beliau,memanut beliau, dan mengabdi pada beliau.. Yaa Allah… Yaa Allah… Yaa Allah.. Amiiin..